Sabtu, 05 Juli 2025
Menu

TKN Prabowo-Gibran Klaim Julukan ‘Gemoy’ Hadir Secara Alami

Redaksi
Ketua Koordinator Strategis Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Senin 27/11/2023 I Merinda Faradianti/Forum Keadilan
Ketua Koordinator Strategis Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Senin 27/11/2023 I Merinda Faradianti/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Ketua Koordinator Strategis Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Sufmi Dasco Ahmad menyebut, julukan ‘gemoy’ yang disematkan pada Prabowo Subianto diberikan langsung oleh generasi muda atau Gen Z. Ia mengatakan, pihaknya juga tidak keberatan dengan julukan tersebut.

“Saya rasa julukan itu kan dikeluarkan oleh para pendukung dan simpatisan terutama Gen Z dan tentunya julukan yang mereka berikan itu adalah julukan yang mereka sukai. Oleh karena itu kita menanggapinya ya senang-senang saja,” kata Sufmi saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Senin 27/11/2023.

Sufmi menjelaskan, melalui julukan tersebut, publik dapat menilai bahwa ada sisi lain dari Prabowo. Jadi, Menteri Pertahanan RI itu akan lebih mudah dikenali publik.

“Kalau julukan yang dikeluarkan oleh Gen Z kan kita tidak bisa nanya sama mereka. Sebabnya apa, dihubungkan dengan apa, apakah dari rekam jejak dan sebagainya,” katanya lagi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran, Grace Natalie.

“Muncul alami. Istilah gemoy itu justru populer dari milenial dan Gen Z. Bukan materi yang difabrikasi,” katanya kepada Forum Keadilan, Senin 27/11.

Kata Grace, istilah tersebut populer jauh sebelum pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Menurutnya, julukan ‘gemoy’ menjadi menarik karena bertolak belakang dengan perjalanan karir Prabowo.

“Justru di situ menariknya. Mungkin karena berlatar belakang militer, kesan publik selama ini Pak Prabowo tegas dan serius. Ternyata ada sisi lain yang belum terekspos, ternyata sisi Pak Prabowo yang santai, suka joget dan chill, dimaknai gemoy oleh milenial dan Gen Z,” ungkap Grace.

Gencarnya Prabowo-Gibran menarasikan ‘gemoy’ tetapi jarang hadir di diskusi publik, sempat menuai kritik. Soal itu Grace mengaku, sebenarnya pasangan itu telah berusaha memenuhi semua undangan diskusi, namun terhalang waktu.

“Ini waktu sosialisasi kan amat pendek. Sementara Daftar Pemilih Tetap (DPT) itu ada 206 juta, tersebar di seluruh Indonesia. Pak Prabowo dan Mas Gibran berusaha memenuhi semua undangan, namun kan mustahil bisa berada di banyak tempat di saat yang sama. Tipikal pemilih kita itu masih sangat mengharapkan pertemuan tatap muka, bisa bersalaman dengan calon pemimpin, bisa berinteraksi. Kami berusaha memenuhi sedapat mungkin,” tutupnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman menyindir penggunaan narasi ‘gemoy’ dan ‘santuy’ yang lekat dengan Prabowo Subianto. Ia menyayangkan pihak yang menggunakan narasi politik seperti itu. Sebab menurutnya, persaingan politik merupakan adu gagasan.

“Sekarang ada istilah gemoy, santuy. Seakan-akan yang bisa memimpin negeri ini adalah mereka yang gemoy, gemoy apa gemoy? Saya enggak tahu juga tuh,” ujarnya dalam acara Kick Off Kampanye Nasional PKS di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, Minggu 26/11.

Laporan Merinda Faradianti