FORUM KEADILAN – Pengamat Kebijakan Publik Institute for Development of Policy and Local Partnership Riko Noviantoro menyinggung kinerja lembaga penyelenggara pemilu terkait adanya sinyal dukungan dari perangkat desa kepada pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Riko, seharusnya Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) mengambil segera langkah tegas dengan memanggil perwakilan dari para perangkat desa tersebut, untuk dimintai keterangan.
“Harusnya DKPP, Bawaslu, dan Panwaslu bisa segera memanggil aparat terkait, ketika memang benar mereka secara terang-benderang mengakui dukungan tersebut. Ini akan menjadi langkah baik ketika Bawaslu, dan Panwaslu bisa memanggil mereka, meskipun nanti hasilnya anggaplah sesuatu yang bisa diprediksi ya,” katanya kepada Forum Keadilan, Senin, 20/11/23.
“Paling tidak ada langkah, dari Bawaslu, dan Panwaslu bahwa mereka itu bekerja,” sambungnya.
Riko memandang, netralitas pemilu di Indonesia masih menjadi masalah pelik yang diperdebatkan hingga saat ini. Menurutnya, pemaknaan netralitas murni hanya bisa diterapkan ke TNI dan Polri, karena tidak mempunyai hak pilih.
Sementara, warga sipil sendiri memiliki hak suara. Namun, dibatasi dengan yang namanya netralitas agar tidak menggunakan pengaruh kekuasaan atau pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk kepentingan pemilihan salah satu kelompok.
“Artinya kalau kepala desa, dalam pengertian dia mandiri secara perseorangan, itu dia punya hak pilih, hak untuk menyatakan sikap. Tapi kalau kemudian dia menggunakan kekuasaannya, pengaruhnya, dan fasilitas yang ada pada dirinya untuk mengarahkan, itu yang tidak boleh,” katanya.
Riko memandang, cawe-cewe presiden juga merupakan sebuah bentuk ketidaknetralan yang serius. Padahal menurutnya, para tokoh elit politik nasional harusnya menjadi contoh netralitas itu sendiri.
“Mereka saja tidak bisa menunjukan netralitasnya sendiri, mereka justru menggunakan kekuasaan, dan pengaruhnya untuk mendukung salah satu kandidat. Ini yang saya pikir menjadi rumit,” imbuhnya.*
Laporan Novia Suhari