FORUM KEADILAN – Suara massa Nahdlatul Ulama (NU) menjadi rebutan para pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan berlaga di Pilpres 2024.
Para paslon ini berbondong-bondong menggaet tokoh NU sebagai cawapres, tim pemenangan hingga melakukan sowan kepada para tokoh NU.
Baru-baru ini, putri presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid, mengumumkan mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024.
Didukung oleh organisasi Islam terbesar di Indonesia, Pengamat Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin justru menilai suara NU masih tetap terpecah walaupun Yenny Wahid sudah mendeklarasikan dukungannya.
Ia memandang, Yenny Wahid masih harus bekerja keras apabila ingin membawa mayoritas suara NU kepada pasangan Ganjar-Mahfud.
“Mbak Yenny Wahid punya kekuatan elektoral di Jawa Timur. Tetapi tetap harus beradu kuat dengan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka,” ujar Ujang kepada Forum Keadilan, Sabtu 28/10/2023.
Ujang menjelaskan, NU sendiri terbagi menjadi beberapa macam dari segi struktural dan kultural.
“NU ada macam-macamnya. Ada yang di PKB, ada NU yang di PBNU (Pengurus Besar NU), dan ada NU yang GusDurian,” imbuhnya.
NU yang mendukung Ganjar, kata Ujang, sudah tentu NU yang berasal dari GusDurian.
“Ketika Yenny Wahid bergabung, tentu saja basis massa NU dari kalangan-kalangan pendukung Gus Dur, pengagum-pengagum Gus Dur, dan barisan-barisan Gus Dur yang jumlahnya cukup banyak dan solid ikut memberikan dukungan,” katanya.
Soal kemungkinan adanya masyarakat NU di PKB yang akan beralih mendukung Ganjar, kata Ujang, lihat saja nanti ke depan.
Ia sendiri belum bisa memperkirakan, karena suara NU di Jawa Timur terpecah ke tiga pasangan calon.
“Soal nanti siapa yang akan mendapatkan dukungan, ya kita lihat saja nanti. Soalnya peta perebutan suara NU ini masih rata,” pungkasnya.
Suara NU masih terbelah meski salah satu tokohnya sudah mendeklarasikan pilihannya, Instruktur Nasional Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU), KH Adnan Anwar sejatinya pernah membocorkan soal pemilih dari kalangan NU.
Blak-blakan, ia menyebut jika terdapat pemilih kelas A di tubuh NU yang tak bisa dipengaruhi lantaran sudah memiliki pemikiran yang matang terkait dukungannya dalam pilpres mendatang.
“NU itu ada pemilih kelas A. Jadi pemilih kelas A di NU itu tidak bisa dipengaruhi karena dia sudah punya pertimbangan betul. Dia ini diam, seperti silent majority, tapi dia tahu harus memilih siapa yang sesuai dengan pikiran dan cita-cita dia,” ungkapnya seperti dilansir akun youtube Forum Keadilan TV yang tayang pada Selasa, 26/9/2023 lalu.
Inilah yang harus ditangkap oleh para paslon hingga tim pemenangan agar bisa merebut suara mayoritas pemilih NU kelas A ini.
“Tinggal pintar-pintarnya calon presiden ini mengemukakan agar bisa ditangkap oleh kelas A ini,” lanjutnya.
Ia juga menyebut sejatinya para pemilih kelas A di NU tidak bisa dibayar dan harus membutuhkan pendekatan khusus agar bisa mendapatkan suara. Caranya, dengan pemikiran dan cita-cita yang dilontarkan oleh paslon yang akan bertarung di Pilpres mendatang.
Lebih lanjut, Adnan Anwar juga menyebutkan sedikit soal pemilih kelas A di NU. Yakni tokoh yang sudah terdidik, sudah mendapatkan ideologi dari NU hingga sudah mandiri secara ekonomi.
Sebelumnya, Yenny Wahid resmi menyatakan dukungannya kepada pasangan Ganjar-Mahfud.
Yenny mengatakan, tak mudah menentukan pilihan untuk mendukung Ganjar-Mahfud. Namun, kedekatan Mahfud dengan Gus Dur menjadi salah satu faktor yang membuat dirinya mendukung pasangan itu.
“Prof Mahfud MD adalah orang yang selama ini dekat dengan kami, beliau ini dan juga kader Gus Dur, kedekatan ini sudah berlangsung lama kedekatan yang terjalin sejak Gus Dur masih ada,” ujar Yenny, Jumat 27/10.*
Laporan Charlie Adolf Lumban Tobing