Debat Capres, Ajang Adu Gagasan atau Simbolik Belaka?

Ilustrasi tiga bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto
Ilustrasi tiga bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto | Rahmad Fadjar Ghiffari/Forum Keadilan

FORUM KEADILAN – Tiga kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres) telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka ialah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Ketiga pasangan calon (paslon) tersebut bakal memberikan visi misi dan program unggulan mereka di masa kampanye untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Seperti diketahui, jadwal kampanye pemilu 2024 dilaksanakan pada 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024.

Bacaan Lainnya

Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan menyebut, masa kampanye dapat dimanfaatkan oleh setiap paslon yang ada.

“Kampanye itu dapat dimanfaatkan oleh seluruh poros capres, bagaimana menghadirkan menjadi arena pertarungan gagasan yang menarik,” ucapnya dalam sebuah diskusi di Media Centre DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 26/10/2023.

Setiap paslon yang sudah terdaftar di KPU telah mengungkapkan program-program unggulan mereka untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat.

“Saya kira masyarakat menunggu sosialisasi gagasan inovatif tersebut, karena itu lah yang ditunggu masyarakat,” tutur Yusak.

Yusak berharap setiap poros calon presiden dapat menghadirkan program yang mampu memikat hati rakyat.

“Kalo ada 5x debat Pilpres, nanti kita membayangkan semua bicara tentang gagasan inovatif ke depan karena tantangan bangsa kita yang cukup kompleks,” ujarnya.

Namun di sisi lain, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menolak anggapan debat capres sebagai ajang adu gagasan. Menurutnya, itu hanya simbolik semata.

“Tentang debat capres, itu hanya simbolik. Debat capres yang ada tidak akan menyentuh substansi karena terlalu singkat dan tidak mengizinkan eksplorasi terlalu mendalam,” tuturnya.

Selain itu, Fahri juga mengkritik KPU yang hanya memberikan pertanyaan yang tidak berbobot.

“Dari calonnya juga terbatas, apalagi KPU hanya menyediakan pertanyaan-pertanyaan seperti cerdas cermat. Jadi nggak ada yg betul-betul pendalaman. Sekali lagi, ini simbolik ya,” katanya.*

Laporan Syahrul Baihaqi