Visi 2030: Dibalik Revolusi Besar Sepak Bola Arab Saudi

FORUM KEADILAN – Arab Saudi benar-benar sedang menghebohkan jagat dunia sepak bola dalam beberapa waktu belakangan.

Melalui liga sepak bola profesionalnya atau lebih tepatnya beberapa klub besar yang merepresentasikannya, mereka bergeliat mendisrupsi sepak bola global dengan berbondong mendatangkan para pemain top pada bursa transfer musim panas ini.

Bacaan Lainnya

Uang bukanlah menjadi masalah bagi negara timur tengah tersebut. Ketika sumber dana melimpah, siapapun bisa mereka datangkan. Lalu, apa yang mereka rencanakan dan apa yang akan terjadi setelahnya?

“Langkah merevolusi sepak bola adalah salah satu strategi dari ambisi jangka panjang di bawah rencana pemerintah untuk menjangkau lebih luas Visi 2030,” jelas pakar sepak bola Asia dan penulis untuk The Asian Game, Martin Lowe, berbicara kepada Manchester Evening News.

“Rencana ini dipelopori oleh Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) sebagai perubahan dinamis bagi masyarakat Saudi modern, yang akan beralih dari ketergantungan mereka pada cadangan minyak, menjadi negara Arab berwawasan ke depan yang akan menjadi lebih menarik bagi generasi muda mereka yang berdemografi semakin liberal,” lanjutnya.

“Olahraga dan rekreasi hanyalah salah satu sektor dari 13 bidang dalam rencana tersebut. Tetapi dalam bagian olahraga, ambisi seperti mengakuisisi Newcastle United dan mereformasi liga domestik merupakan pembuka jalan utama yang telah dicanangkan sebelumnya.”

Awal bulan Juni lalu, MBS mengumumkan privatisasi klub domestik dalam Liga Arab Saudi. Bisnis model sebelumnya adalah semua klub berada di bawah kendali negara; namun dorongan menuju kepemilikan bisnis swasta dipandang sebagai rute yang lebih berkelanjutan ke depan.”

Dengan grand design tersebut, membuat lembaga Public Investment Fund (PIF) atau Dana Investasi Publik, dana kekayaan kedaulatan Arab Saudi dan pemilik Newcastle United, mengakuisisi empat klub terbesar, termasuk juara Al-Ittihad dan Al-Nassr.

“Rencana awalnya adalah empat klub kunci mendapatkan tiga hingga empat pemain elit dengan setidaknya penambahan satu pemain elit di setiap klub lain untuk musim mendatang,” tambah Lowe.

Cristiano Ronaldo adalah awal dari proyek prestisius ini. Revolusi sepak bola Arab Saudi dimulai sejak ia didatangkan Al-Nassr dari Manchester United medio Desember 2022 lalu.

Langkah Ronaldo saat itu dan berita kepindahannya yang diliput secara luas, berdampak besar mengangkat profil Saudi Pro League dan khususnya Arab Saudi secara keseluruhan sebagai destinasi baru pilihan karir bagi para pesepakbola.

Harapannya, dengan kehadiran Ronaldo sebagai magnet, para bintang dunia yang utamanya berdomisili di liga Eropa bakal berbondong hijrah kesana. Apalagi dengan iming-iming gaji selangit.

Benar saja, ternyata hijrahnya peraih 5 kali Ballon d’Or itu langsung memberikan efek domino instan. Ronaldo memicu peningkatan keterlibatan, mulai dari penonton di stadion yang ingin melihatnya bermain hingga minat eksternal.

Penyiar mulai beralih ke grafik TV dua bahasa (Arab dan Inggris) untuk membuka hak TV luar negeri. Sky Sports mulai menayangkan pertandingan Al-Nassr secara langsung di Inggris. Meskipun ini bukan bagian spesifik dari keseluruhan visi pemerintah, ini merupakan efek samping yang sangat disambut baik oleh publik.

Dan hanya berselang enam bulan sejak kedatangan CR7, keran impor para bintang top dunia akhirnya benar-benar terjadi secara deras. Per hari ini, tercatat sudah belasan pemain yang hengkang dan sebagian besar adalah pemain kelas satu yang merumput di Eropa.

Dimulai dari Al-Ittihad yang merekrut pemain terbaik dunia 2022 Karim Benzema dan juga kompatriotnya N’Golo Kante, serta Romarinho dan Jota. Lalu Al-Hilal yang mendatangkan Ruben Neves, Kalidou Koulibaly, Sergej Milinkovic-Savic, hingga Moussa Marega.

Anderson Talisca, David Ospina, dan Marcelo Brozovic didatangkan untuk bahu membahu bersama Ronaldo di Al-Nassr. Kemudian Al-Ahli yang membawa Roberto Firmino dan Edouard Mendy.

Di pos pelatih legenda Liverpool Steven Gerrard juga ikut meramaikan dengan kehadirannya sebagai nakhoda baru Al-Ettifaq. Jordan Henderson juga bakal selangkah lagi menyusul Gerrard.

Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah menyusul negosiasi yang sedang terjadi dengan sejumlah pemain lainnya. Diantaranya Fabinho, Thiago Alcantara, Thomas Partey, Saul Niguez, sampai Sadio Mane.

Sementara, potensi lonjakan lain juga diprediksi akan terjadi. Mulai dari kedatangan klub-klub Eropa untuk memainkan pertandingan persahabatan atau tur pramusim, lalu Piala Dunia antar klub yang akan berlangsung disana pada akhir tahun ini, dan juga soal kemungkinan dihelatnya Piala Dunia di masa mendatang.

“Saya bisa melihatnya sebagai bisnis yang menguntungkan bagi tim Eropa untuk menghadapi tim Arab Saudi selama rehat musim seperti saat ini,” tambah Lowe.

“Yang mungkin bakal menjadi masalah utama adalah musim panas disana yang menyengat. Namun, kami telah melihat bagaimana mereka mencari solusi untuk mengatasi hal ini, baik dengan mengundang klub di liburan musim dingin Eropa seperti yang terlihat dengan PSG versus Riyadh All-Stars awal tahun ini.”

“Atau sebaliknya, bagi klub Saudi untuk melakukan perjalanan ke negara yang memiliki iklim musim panas yang lebih moderat, seperti yang akan dilakukan Al-Nassr musim panas ini dalam perjalanan ke Jepang untuk menghadapi Inter.”

Berbicara perihal event dengan skala besar, Piala Dunia adalah salah satu tujuan utama dari visi tersebut. Namun, mengingat reaksi yang terjadi seputar Qatar 2022, melakukan bidding sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030 sepertinya hampir mustahil, mengingat jatah host nampaknya bakal digilir ke negara benua biru.

“Tetapi pada tahun 2034 atau 2038, tampaknya Piala Dunia akan kembali ke Timur Tengah. Arab Saudi berpeluang mengajukan diri. Proposal mereka akan menjadi lebih atraktif dengan portofolio sebagai host Piala Asia untuk pertama kalinya pada tahun 2027 dan telah mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah Piala Asia Wanita pada tahun 2026,” ujar Lowe.

“Namun, dengan menawarkan menjadi tuan rumah Piala Dunia, kendala sudah terpampang di depan mata. Mereka tidak bisa menjadi tuan rumah selama musim panas – kesulitan iklim yang sama seperti Qatar. Sekali lagi ini mungkin menjadi kesulitan terbesar mereka dalam mempengaruhi anggota FIFA untuk menyetujui turnamen musim dingin lainnya,” tutup Lowe.

Melihat hajatan olahraga terbesar di dunia di Arab Saudi nampak tidak mungkin segera digelar setelah Qatar. Tetapi untuk membayangkan Ronaldo, Benzema, dan kawan-kawan bermain sepak bola di negara itu yang dulunya mustahil, sekarang benar-benar menjadi kenyataan.

Untuk sebuah negara yang mengejutkan publik sepak bola ketika mereka mengalahkan Argentina-nya Lionel Messi di Piala Dunia, menghasilkan perubahan radikal dalam industri olahraganya tampaknya dapat dibayangkan.