Dinasti Politik Era Presiden Soekarno Hingga Joko Widodo

Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo | Sekretariat Presiden

FORUM KEADILANDinasti politik Presiden Joko Widodo kini tengah menjadi buah bibir. Hal ini menyusul niatan putra bungsunya Kaesang Pangarep yang maju di Pilkada Kota Depok sebagai calon walikota.

Niatan Kaesang menambah daftar panjang keluarga Presiden Jokowi yang sebelumnya telah terlebih dahulu terjun ke dunia politik.

Bacaan Lainnya

Putra pertamanya, Gibran Rakabuming Raka kini menjadi Wali Kota Solo serta sang menantu Bobby Nasution menduduki jabatan sebagai Wali Kota Medan.

Hal inilah yang memantik sejumlah komentar bernada miring ihwal syahwat kekuasaan membangun dinasti politik baru di Indonesia.

Rekam jejak terbentuknya dinasti politik tak dipungkiri embrionya sudah terlihat pasca kepemimpinan Presiden Soekarno.

Saat Soekarno lengser dan meninggal dunia pada 21 Juni 1970, Megawati Soekarnoputri, anak kedua sekaligus putri pertama sang proklamator, akhirnya memutuskan terjun ke dunia politik, tepatnya pada 1987 bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR.

Sepak terjang Megawati di dunia politik mencapai puncaknya Pada 23 Juli 2001, ketika Megawati dilantik menjadi Presiden Kelima Republik Indonesia.

Megawati bukanlah satu-satunya trah Sukarno yang terjun ke dunia politik. Rachmawati juga mengepakkan sayapnya pada pertengahan 2001 saat mendeklarasikan Forum Nasional yang menjadi cikal bakal Partai Persatuan Bangsa Indonesia. Selain itu, pada 8 April 2015, ia masuk dalam kepengurusan Partai Gerindra sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Ideologi.

Sama seperti dua saudarinya, Sukmawati Soekarnoputri tak mau ketinggalan. Pada 1998 ia mendirikan dan menghidupkan kembali Partai Nasional Indonesia dan diubah menjadi PNI Marhaenisme pada 2002.

Kiprah dua putra Soekarno, Guntur Soekarnoputra dan Guruh Soekarnoputra memang tak sementereng ketiga putrinya dari hasil pernikahan dengan Fatmawati. Namun Guruh pernah mengecap sebagai anggota komisi X DPR RI 2014-2019 silam.

Yang menarik justru kiprah dinasti politik Soekarno terbagun pada saat kekuasaan sang ayah sudah beralih tangan kepada Presiden Soeharto.

Bagaimana dengan dinasti politik Cendana?

32 tahun memimpin Indonesia, Dinasti Cendana dikenal begitu dominan hampir seluruh lini, begitu pula ranah politik. Pada 11 Maret 1988, anak-anak Cendana untuk pertama kalinya menghadiri upacara pelantikan Soeharto dalam masa jabatan kelima.

Kehadiran mereka memunculkan spekulasi bahwa Soeharto tengah mempersiapakan penerusnya di kancah politik. Hutomo Mandala Putra atau Tommy, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut dan Bambang Trihatmodjo bergabung ke Golkar. Tahun 1992, mereka bahkan diangkat sebagai anggota MPR.

Digulingkan dari kekuasaan pada tahun 1998, tak membuat kiprah putra putri Soeharto kehilangan arah di kancah perpolitikan tanah air. Pada Juli 2016, Tommy Soeharto mendirikan Partai Berkarya dengan menggabungkan Partai Beringin Karya dan Partai Nasional Republik.

Partai Berkarya kemudian berhasil maju sebagai partai peserta Pemilu 2019 dengan nomor urut 7. Saat itu, seluruh anggota Keluarga Cendana yang bersatu dalam satu wadah baru Partai Berkarya, mendukung mantan suami Titiek, Prabowo Subianto yang maju sebagai calon presiden.

Namun upaya merebut kembali kekuasaan yang pernah mereka nikmati ternyata berhadapan dengan jalan terjal yang hingga berlum pernah terwujud kembali.

Selepas kepemimpinan Soeharto, Presiden ketiga BJ Habibie dan Presiden Keempat Abdurahman Wahid atau Gusdur bisa dikatakan tidak memiliki waktu yang cukup untuk menciptakan dinasti politik keluarga seperti pendahulunya.

Benih lahirya dinasti politik, baru kembali terlihat ketika Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden pada 2001-2004. Megawati diberbagai kesempatan, baik sebagai Ketua Umum PDIP maupun Presiden, kerap menenteng putrinya Puan Maharani. Megawati seolah ingin menyampaikan pesan bahwa Puan Maharani adalah penerusnya.

Sebagai catatan, ketika Megawati menjabat sebagai presiden, tak ada satupun dari tiga putra-putrinya, yakni Muhammad Rizki Pratama, Muhammad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani, terjun ke dunia politik atau memiliki jabatan di pemerintahan.

Kini situasinya berbeda. Prananda Prabowo menduduki jabatan sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif, dan yang paling mentereng adalah Puan Maharani yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI periode 2019-2024.

Dinasti Cikeas tak ada ubahnya. Peralihan kepemimpinan di pucuk Partai Demokrat, dari Soesilo Bambag Yudhoyono ke putra sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono bahkan dianggap sebagai dynasty politik paling vulgar.

Sebabnya tak lain karena AHY dianggap anak kemarin sore di kancah politik namun dikarbit sedemikian rupa menjadi Ketua Umum partai berlambang bintang mercy tersebut.

AHY melepaskan karir militernya dan terjun ke politik ketika maju sebagai cagub DKI Jakarta pada Pilgub DKI 2017 silam. Sayang, upaya menguasai DKI Jakarta sebagai barometer politik nasional gagal total.

Tak hanya AHY, putra kedua SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas bahkan sudah lebih dulu terjun ke politik. Ia menjadi anggota DPR Fraksi Partai Demokrat dari Dapil VII Jatim pada 2009. Pada 2014, Ibas ditunjuk sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR.*