Selasa, 01 Juli 2025
Menu

Mengenal Museum A.H Nasution, Saksi Bisu Kekejaman Pasukan Tjakrabirawa

Redaksi
Mengenal Museum A.H Nasution di Jakarta Pusat
Mengenal Museum A.H Nasution di Jakarta Pusat | Merinda Faradianti/forumkeadilan.com
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Mengunjungi museum sejarah dapat memberikan pengetahuan mengenai peristiwa yang pernah terjadi di sana. Salah satunya Museum Sasmitaloka A.H Nasution yang berlokasi di Jalan Teuku Umar No.40, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.

Penjaga museum Afrianto mengatakan, museum terbuka untuk umum pada Selasa hingga Minggu pukul 08.00 sampai 14.00 WIB.

“Museum ini libur setiap hari Senin dan gratis terbuka untuk umum,” katanya, Sabtu, 25/3/2023.

Museum A.H Nasution merupakan salah satu tempat yang menyimpan benda-benda asli peninggalan panglima besar tersebut.

Selain itu, di sana juga terdapat diorama yang menceritakan peristiwa dramatis pembunuhan jenderal bintang lima Abdul Haris (A.H) Nasution.

Afrianto menceritakan, museum tersebut merupakan rumah pribadi A.H Nasution yang ditempati bersama keluarga selama menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada 1949.

“Beliau tinggal di sini bersama keluarga dari tahun 1949 sampai meninggal dunia tahun 2000,” jelasnya.

Rumah tersebut mulai direnovasi pada 2008, menjadi museum dan diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat sebagai presiden. Bangunan ini memiliki luas 2000 m2 dan menjadi saksi bisu kisah dramatis rencana penculikan yang dilakukan oleh pasukan Tjakrabirawa.

Afrianto bercerita, tahun 1965 pasukan Tjakrabirawa mendatangi rumah di tengah malam secara mendadak dan ingin memburu A.H Nasution. Namun, pada saat itu, A.H Nasution berhasil melarikan diri tapi anaknya Ade Irma, yang saat itu berumur lima tahun, tertembak di bagian pinggang.

Selain Ade Irma, ajudannya Lettu Anumerta Pierre Andreas Tendean berhasil dibawa pasukan Tjakrabirawa yang menyangka itu adalah A.H Nasution.

“Saat itu Lettu Pierre mengatakan saya ajudannya A.H Nasution tapi mungkin pasukan Tjakrabirawa salah mendengar. Mungkin yang mereka dengar saya A.H Nasution dan dibawa. Kemudian Lettu Pierre dibawa dan dibunuh bersama jenderal lainnya di Lubang Buaya,” jelasnya.

Afrianto menerangkan, di sana hampir 80 persen barang yang dipajang asli milik keluarga A.H Nasution. Bahkan, baju yang dikenakan A.H Nasution saat kejadian nahas itu ikut dipajang di sana.

Di sana juga terdapat koleksi buku yang ditulis oleh A.H Nasution. Setidaknya ada 70 judul buku yang ditulisnya.

“Bapak (A.H Nasution) bahkan menjadi orang yang paling banyak menulis buku di kalangan tentara,” sebut Afrianto.*

Laporan Merinda Faradianti