Kerusuhan di Wamena, BRIN Sebut karena Cacatnya Pembangunan

FORUM KEADILAN – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Cahyo Pamungkas mengatakan, kerusuhan berdarah yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, tak bisa dilepaskan dari kecacatan pembangunan di tanah Papua.
“Upaya pembangunan pemerintah di Papua dinilai gagal dalam mencapai delapan pilar perdamaian, baik dari aspek pembangunan pertumbuhan, infrastruktur, maupun penyelesaian konflik. Pembangunan hanya berfokus pada ekonomi global, sehingga orang asli Papua terpinggirkan,” kata Cahyo dalam diskusi publik Wamena Berdarah 2023: Adakah Unsur Kejahatan Kemanusiaan?, Selasa, 14/3/2023.
Cahyo mengatakan, kejadian berdarah yang terjadi bukan yang pertama tapi sudah sering dan menelan banyak korban jiwa.
Kemungkinan, kata Cahyo, serangkaian kejadian tersebut terus berulang karena pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang ada di Papua tidak pernah diselesaikan dengan baik.
“Berulangnya peristiwa bisa jadi disebabkan karena pelanggaran HAM di sana (Papua) jarang atau bahkan tidak pernah diusut secara tuntas. Sementara korban terus berjatuhan,” lanjutnya.
Sebelumnya, pada 23/2, terjadi kerusuhan berdarah yang memakan korban jiwa dan luka-luka terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.
Akibatnya, 12 orang tewas dan 32 orang luka-luka. Dua orang korban tewas berasal dari warga, sementara 10 lainnya berasal dari massa perusuh yang ditembak petugas.
Selain itu, 13 rumah serta dua ruko hangus dibakar massa.*
Laporan Merinda Faradianti