Tata Cara Salat Witir serta Zikir dan Doa Setelahnya

FORUM KEADILAN – Salat witir adalah salat sunnah yang dikerjakan setelah salat isya sebelum salat subuh dengan jumlah rakaat ganjil.
Pada bulan Ramadan, salat witir biasanya dijadikan sebagai penutup ibadah pada hari itu dan umumnya dilakukan usai salat tarawih.
Rasulullah SAW selalu melaksanakan salat witir dan menganjurkan agar setiap muslim tidak meninggalkannya.
Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasulullah bersabda:
“Bersiwaklah kalian, jagalah kebersihan, dan laksanakan salat witir karena Allah SWT adalah Zat Yang Esa (ganjil) dan akan memberikan pahala bagi siapa saja yang menunaikan salat ganjil.”
Berikut ini adalah tata cara salat witir:
1. Dilakukan setelah salat isya sebelum salat subuh dengan jumlah rakaat ganjil, seperti 1, 3, 5, 7, atau 9 rakaat;
2. Sebelum memulai salat witir, lakukan wudu terlebih dahulu;
3. Setelah wudu, berdiri dengan khusyuk dan niatkan dalam hati untuk melaksanakan salat witir;
4. Bacalah takbiratul ihram kemudian membaca doa iftitah dan surah Al-Fatihah;
5. Selanjutnya, bacalah surah pendek dari Alquran pada setiap rakaatnya, misalnya surah Al-Ikhlas atau Al-Kafirun;
6. Setelah selesai membaca surah, rukuk, kemudian bangkit dari rukuk atau biasa yang disebut dengan i’tidal;
7. Setelah itu sujud;
8. Setelah melakukan dua sujud, duduk untuk membaca tasyahud, kemudian sambung dengan membaca doa untuk memohon ampunan dan keberkahan;
9. Kemudian, bangkit untuk melaksanakan rakaat berikutnya sampai selesai dengan melakukan salam sebagai tanda akhir dari salat witir.
Berikut bacaan doa dan zikir setelah salat witir seperti yang dikutip dari Kedaulatan Santri (KESAN):
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوس(3x) رَبُّنَا وَرَبُّ المَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ
Subhaanalmalikil quddus (3x), rabbul malaa ikati war-ruh
Artinya: Mahasuci (Engkau Ya Allah), Raja yang Mahasuci. Tuhan para malaikat dan Jibril.
Kemudian ditutup dengan doa berikut:
أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعُوْذُبِكَ بِمُعَافَتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْكَ لَاأُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Allahumma innii a’uudzu biridhaaka min sakhathika wa bimu’aafaatik, min ‘uquubatik, wa a’uudzu bika minka laa uhshii tsanaa-an a’laik, anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsik.
Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada keridhaan Engkau dari murka Engkau. Kepada pengampunan Engkau dari azab Engkau. Dan saya berlindung dari ketidakridaan Engkau. Aku tidak mampu menyatakan seluruh pujian yang pantas kepada Engkau. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau firmankan kepada diri-Mu sendiri.
Dalam buku Al Majmuu’us Sariful Kamil dari Agus Abdurahim Dahlan, Rasulullah SAW agar setiap muslim tidak memberatkan diri dalam beribadah (dalam jumlah).
Namun pengerjaan ibadah semestinya dilakukan secara teratur dan konsisten.
“Ibadahmu yang paling disukai Allah adalah ibadah yang dilakukan secara teratur.”*