Mengenali Tanda dan Penyebab Perundungan

FORUM KEADILAN – Perundungan atau bullying bukan hal baru, tetapi dampaknya masih terus terasa di berbagai lapisan masyarakat—mulai dari sekolah, tempat kerja, hingga dunia digital. Fenomena ini bukan sekadar soal pelaku dan korban, melainkan cerminan dari banyak faktor sosial dan psikologis yang saling berkaitan.
Artikel ini akan membahas penyebab utama terjadinya perundungan, serta bagaimana kita bisa menyikapi atau mencegahnya agar lingkungan sekitar menjadi lebih aman dan sehat secara emosional.
Mengapa Perundungan Bisa Terjadi
-
Kurangnya empati dan kontrol diri
Salah satu penyebab paling umum perundungan adalah kurangnya empati. Pelaku sering kali tidak memahami atau tidak peduli terhadap perasaan orang lain. Selain itu, lemahnya kemampuan mengontrol emosi membuat seseorang mudah melampiaskan amarah, iri, atau frustrasi kepada orang lain.
-
Lingkungan yang permisif terhadap kekerasan
Ketika seseorang tumbuh di lingkungan yang menganggap kekerasan atau hinaan sebagai hal biasa, perilaku itu bisa dianggap normal. Sekolah, rumah, atau tempat kerja yang tidak tegas terhadap tindakan intimidatif juga bisa memupuk budaya perundungan.
-
Kebutuhan untuk merasa berkuasa
Sebagian pelaku perundungan melakukan tindakannya untuk mendapatkan rasa dominasi dan pengakuan sosial. Dalam beberapa kasus, mereka sendiri pernah menjadi korban dan berusaha mengambil kendali dengan cara yang salah.
-
Pengaruh media dan dunia digital
Media sosial sering kali menjadi ruang subur bagi perundungan. Anonimitas di dunia maya membuat pelaku merasa bebas tanpa konsekuensi. Dari komentar negatif hingga penyebaran fitnah, perundungan digital kini menjadi bentuk yang paling sering terjadi.
Dampak Perundungan yang Tidak Bisa Diabaikan
Perundungan bukan hanya masalah “anak-anak” atau “hal sepele”. Korban bisa mengalami dampak psikologis jangka panjang, seperti kehilangan rasa percaya diri, gangguan kecemasan, hingga depresi. Di sisi lain, pelaku yang dibiarkan tanpa edukasi berisiko tumbuh menjadi individu dengan perilaku agresif dan tidak sehat secara emosional.
Cara Menyikapi dan Mencegah Perundungan
-
Bangun kesadaran diri dan empati
Langkah pertama adalah menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan dan batasan. Cobalah berempati dan berpikir sebelum berbicara atau bertindak, terutama di ruang publik atau media sosial.
-
Berani bersuara dan tidak diam saja
Jika menyaksikan perundungan, jangan ikut diam. Dukung korban dengan cara aman, misalnya dengan melaporkan kejadian kepada pihak berwenang atau memberikan dukungan emosional. Sikap diam sering kali justru memperkuat pelaku.
-
Ciptakan lingkungan yang suportif
Sekolah, kantor, dan komunitas perlu membangun budaya yang menghargai perbedaan. Pelatihan kesadaran emosional, kampanye anti-bullying, atau kegiatan kelompok yang menumbuhkan solidaritas bisa menjadi langkah nyata.
-
Gunakan media sosial dengan bijak
Sebelum mengomentari sesuatu, pastikan kata-kata yang digunakan tidak menyakiti orang lain. Bijak dalam berpendapat dan tidak ikut menyebarkan konten negatif adalah bentuk tanggung jawab digital yang penting.
-
Dukung korban untuk pulih
Korban perundungan perlu mendapatkan ruang aman untuk bercerita dan dukungan dari lingkungan sekitar. Jangan menyalahkan korban, tetapi bantu ia mendapatkan kepercayaan diri kembali melalui perhatian dan empati.
Membangun Budaya yang Lebih Sadar dan Peduli
Mencegah perundungan bukan hanya tanggung jawab korban atau pelaku, tetapi juga seluruh masyarakat. Setiap orang punya peran dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat secara emosional—baik di dunia nyata maupun digital.
Mulailah dari hal sederhana: menghargai perbedaan, tidak menghakimi, dan menumbuhkan empati. Karena pada akhirnya, dunia yang lebih ramah dan manusiawi berawal dari cara kita memperlakukan satu sama lain.*