Selasa, 14 Oktober 2025
Menu

People Pleaser dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Redaksi
Ilustrasi Bekerja | Ist
Ilustrasi Bekerja | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Dalam keseharian, ada banyak orang yang selalu berusaha membuat orang lain senang. Mereka dikenal sebagai people pleaser—seseorang yang sulit mengatakan “tidak” dan cenderung mengutamakan kebutuhan orang lain dibanding dirinya sendiri. Sekilas terlihat baik, tetapi kebiasaan ini justru bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan mental maupun kualitas hidup seseorang.

Apa Itu People Pleaser?

Secara sederhana, people pleaser adalah individu yang merasa perlu untuk selalu disukai, diterima, dan dihargai oleh orang lain, bahkan jika harus mengorbankan diri sendiri. Mereka sering kali berkata “iya” pada permintaan yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan, hanya demi menjaga hubungan tetap harmonis.

Sikap ini biasanya muncul karena berbagai faktor, seperti:

1. Pola asuh masa kecil, di mana seseorang terbiasa mendapatkan kasih sayang hanya saat ia berperilaku “baik” atau menyenangkan.

2. Rasa takut ditolak atau dikritik, yang membuat mereka selalu berusaha menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain.

3. Kebutuhan akan validasi, di mana harga diri mereka sangat bergantung pada penerimaan dari orang sekitar.

Ciri-Ciri People Pleaser

Mengenali tanda-tandanya bisa membantu seseorang memahami apakah dirinya termasuk people pleaser atau tidak. Beberapa ciri umumnya antara lain:

– Sulit mengatakan “tidak” meskipun sudah merasa lelah atau terbebani

– Sering meminta maaf, bahkan untuk hal-hal kecil.

– Takut membuat orang lain kecewa.

– Menyembunyikan perasaan agar tidak menimbulkan konflik.

– Merasa bersalah jika tidak bisa membantu orang lain.

Meski terdengar seperti bentuk empati, menjadi people pleaser sering kali membuat seseorang kehilangan batas antara kebaikan dan pengorbanan diri.

Dampak Buruk Menjadi People Pleaser

Menjadi sosok yang selalu ingin menyenangkan semua orang ternyata bisa membawa dampak yang serius, baik secara mental maupun fisik. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kehilangan Jati Diri

Terlalu sering menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain membuat seseorang lupa pada apa yang sebenarnya ia inginkan. Lama-kelamaan, hal ini bisa membuatnya merasa hampa dan kehilangan arah hidup.

2. Stres dan Kelelahan Emosional

Menanggung terlalu banyak beban demi orang lain dapat menimbulkan tekanan batin. Mereka mungkin terlihat kuat di luar, tetapi di dalamnya menyimpan stres yang menumpuk.

3. Sulit Membangun Hubungan Sehat

Hubungan yang didasari keinginan untuk terus menyenangkan pihak lain cenderung tidak seimbang. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menimbulkan rasa tidak dihargai dan membuat hubungan menjadi toksik.

4. Penurunan Kepercayaan Diri

Karena selalu mengandalkan validasi dari luar, people pleaser mudah merasa tidak berharga jika tidak mendapatkan apresiasi. Akibatnya, rasa percaya diri menurun dan mereka semakin sulit menegaskan batas diri.

5. Kesehatan Fisik yang Terganggu

Stres berkepanjangan yang tidak dikelola bisa berdampak pada tubuh, seperti gangguan tidur, mudah lelah, bahkan masalah pencernaan.

Cara Mengatasi Kebiasaan People Pleaser

Menjadi pribadi yang peduli dan baik tentu tidak salah. Namun, penting untuk tahu di mana batasnya agar tidak merugikan diri sendiri. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

– Belajar berkata tidak dengan cara yang sopan tapi tegas.

– Mengenali kebutuhan diri sendiri dan tidak selalu mengesampingkannya.

– Membangun kepercayaan diri tanpa bergantung pada penerimaan orang lain.

– Menetapkan batas yang sehat (boundaries) dalam hubungan sosial.

– Melatih kejujuran emosional, termasuk berani mengungkapkan perasaan tanpa takut disalahpahami.

Menjadi people pleaser sering kali dianggap sebagai bentuk kebaikan, padahal bisa jadi itu adalah tanda seseorang belum belajar menempatkan diri dengan sehat. Belajar untuk berkata “tidak” bukan berarti egois, melainkan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Pada akhirnya, keseimbangan antara empati terhadap orang lain dan cinta pada diri sendiri adalah kunci untuk hidup yang lebih tenang dan autentik.*