Pemberontak Akhiri Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad

FORUM KEADILAN – Setelah 13 tahun didera perang saudara, Pemerintahan otoriter Bashar al-Assad akhirnya secara resmi berakhir, dimana pemberontak Suriah berhasil menduduki Kota terbesar di Suriah hanya dalam waktu tiga hari, Aleppo, lalu menyerbu Damaskus dan membuat Presiden Assad kabur.
Pasukan pemberontak itu, dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), oposisi bersenjata Suriah terkuat saat ini. Awalnya kelompok itu terkait Al-Qaeda namun memisahkan diri di 2016 dan berusaha memperbaiki citranya sebagai pejuang Islam.
Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jawlani, yang menjadi pelopor utama penggulingan Assad, mengklaim kemenangan tersebut sebagai “kemenangan bagi seluruh negara Muslim” dan menyebutnya sebagai “halaman baru” bagi negara-negara dikawasan. Ia menyampaikan hal ini di hadapan massa yang bersorak di sebuah masjid di Damaskus pada Minggu pagi 8/12/2024.
Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad diketahui melarikan diri setelah Damaskus jatuh ke tangan pemberontak. Dalam waktu bersamaan, berdasarkan laporan data Flight Radar, pesawat Syrian Air lepas landas dari bandara Damaskus.

Setelah kejatuhan Assad, Milisi pemberontak Suriah menunjuk mantan Perdana Menteri Mohammed Ghazi Al Jalali sebagai pemimpin sementara Suriah. Al Jalali ditugaskan untuk mengawasi operasional kementerian dan lembaga negara, serta memastikan transisi kekuasaan berjalan lancar hingga pemerintahan baru terbentuk. Dalam pernyataannya, ia menegaskan komitmennya untuk menjaga kelangsungan negara, lembaga-lembaga negara, serta menjamin keselamatan warga Suriah.
Dilansir Reuters, dia juga menginginkan pemilihan umum yang bebas di Suriah untuk menentukan siapa pemimpin Suriah yang baru.
”Saya tidak akan pergi dan tidak berniat untuk pergi. Saya berharap agar kelangsungan penyelenggaraan negara, lembaga negara, dan aparatur negara dapat terjamin secara damai, dan keselamatan serta keamanan seluruh warga negara juga dapat terjamin,” kata al-Jalali dalam sebuah pernyataan video, seperti dikutip Al Jazeera, Minggu 8/12/2024.
Lalu, di tengah ketegangan ini, Kedutaan Besar Iran di Damaskus diserbu oleh kelompok bersenjata yang diyakini bukan bagian dari HTS, namun turut memperkeruh situasi di Suriah yang semakin tidak stabil.
“Dikatakan bahwa kedutaan besar Iran diserbu bersama toko-toko di dekatnya oleh kelompok bersenjata yang berbeda dari kelompok yang sekarang menguasai Suriah,” kata TV pemerintah Iran, merujuk pada Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) yang mempelopori kemajuan pemberontak di seluruh Suriah barat, dikutip Reuters, Minggu 8/12/2024.*
Laporan Zahra Ainaiya