Sabtu, 08 November 2025
Menu

Kemenag di Forum Ahmadiyah: Indonesia Berdiri di Atas Fondasi Keragaman

Redaksi
Kasubdit Bina Paham Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) Dedi Slamet Riyadi (kiri) di Acara 100 Tahun Jamaah Ahmadiyah Indonesia di Tangerang, Sabtu, 8/11/2025 | Muhammad Reza/Forum Keadilan
Kasubdit Bina Paham Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) Dedi Slamet Riyadi (kiri) di Acara 100 Tahun Jamaah Ahmadiyah Indonesia di Tangerang, Sabtu, 8/11/2025 | Muhammad Reza/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Kasubdit Bina Paham Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) Dedi Slamet Riyadi menegaskan bahwa Indonesia lahir dan tumbuh dari keberagaman.

Hal itu disampaikan Dedi saat berbicara dalam Seminar Al-Qur’an Nasional yang diselenggarakan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia.

Ia menilai, pluralitas keyakinan dan pandangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa. Menurut Dedi, keberagaman merupakan realitas yang harus diterima, bukan dihindari.

Ia menyebut, berbagai kelompok seperti Ahmadiyah, Syiah, dan lainnya sebagai bagian dari mozaik keagamaan Indonesia yang patut difasilitasi, bukan disisihkan.

“Dalam hal ini tuh Ahmadiyah, Syiah, dan lain-lain. Kita tuh sebagai fasilitator aja,” ujar Dedi di Acara 100 Tahun Jamaah Ahmadiyah Indonesia di Tangerang, Sabtu, 8/11/2025.

Namun, Dedi tak menampik adanya tantangan dalam upaya membangun harmoni antar umat beragama.

“Tantangannya kan karena masing-masing orang, masing-masing kelompok itu kan memiliki keyakinan dan pandangan yang berbeda,” katanya.

Perbedaan itu, lanjutnya, sering kali memunculkan sikap eksklusif dan penolakan terhadap pihak lain.

Dedi menilai, salah satu tugas penting pemerintah adalah memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat agar dapat saling menghormati meski berbeda pandangan.

“Itu yang kemudian jadi tantangan kita, bagaimana kemudian memfasilitasi agar kelompok-kelompok yang tidak mengakui atau menolak keragaman itu bisa kemudian kita saling menghormati,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa perbedaan sudah ada sejak lama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.

“Keragaman ada sebelum Indonesia ada. Jadi ada dulu perbedaan, ada dulu keragaman, baru ada Indonesia,” tutur Dedi.

Pandangan itu, menurutnya, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia dibangun di atas semangat saling menghargai.

Dedi mencontohkan sejumlah organisasi keagamaan yang lahir sebelum kemerdekaan, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa.

“Muhammadiyah ada tahun sebelum Indonesia merdeka. NU juga gitu kan. Ahmadiyah juga,” katanya.

Laporan oleh: Muhammad Reza