Universitas Nasional Tolak Segala Bentuk Rasisme
FORUM KEADILAN – Universitas Nasional (UNAS) menegaskan komitmennya sebagai kampus yang menjunjung tinggi nilai kebhinekaan dan menolak segala bentuk tindakan rasisme di lingkungan akademik. UNAS memandang perbedaan sebagai kekayaan yang harus dihormati, bukan dijadikan alasan untuk memecah persatuan. Sikap saling menghargai dan menghormati menjadi landasan utama dalam setiap aktivitas sivitas akademika.
“Rektor UNAS El Amry Bermawi Putera menyampaikan, setiap mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan memiliki kewajiban untuk menjaga sikap toleransi dalam kehidupan kampus. Tidak ada ruang bagi ujaran kebencian, diskriminasi, atau tindakan yang merendahkan kelompok tertentu. UNAS terus berupaya menciptakan suasana akademik yang aman, inklusif, dan berkeadilan bagi seluruh warganya,” kata Juru bicara UNAS Selamat Ginting di Jakarta, Jumat, 7/11/2025.
Staf Khusus bidang Komunikasi dan Media Rektor UNAS itu menjelaskan, sebagai institusi pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai kebangsaan, UNAS membuka kesempatan bagi siapa pun untuk menempuh pendidikan tanpa memandang SARA (Suku, Agama, Ras, Antar-golongan). Prinsip kesetaraan menjadi dasar dalam penerimaan mahasiswa dan seluruh proses akademik. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, UNAS bertekad melahirkan generasi yang berpikir terbuka dan menghargai keberagaman.
“Melalui dialog terbuka yang dimonitor Rektorat UNAS, menghadirkan perwakilan IMAPA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua) se-Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi), keluarga mahasiswa, dan pihak UNAS pada Kamis, 6/11/2025. UNAS secara persuasif dan kekeluargaan telah menyelesaikan persoalan yang sempat terjadi pada Senin, 3/11/2025. Pertemuan ini menjadi bukti nyata, UNAS membuka ruang komunikasi yang solutif, dan berorientasi pada nilai keadilan serta kemanusiaan,” ujar Selamat Ginting.
Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua
Dalam pertemuan kekeluargaan itu, lanjut Selamat Ginting, perwakilan mahasiswa Papua di UNAS, anggota IMAPA Sesilius Maubak, Ketua IMAPA Se-Jadetabek Semifon Arikson Kambue, menyampaikan apresiasi kepada pihak UNAS yang telah memfasilitasi penyelesaian permasalahan dengan baik.
“Mereka menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan menolak segala bentuk rasisme yang dapat memecah belah bangsa. Harapan mereka, UNAS dapat menjadi contoh bagi kampus lain dalam memberikan rasa aman, adil, dan nyaman bagi seluruh mahasiswa tanpa memandang latar belakang suku, ras, bahasa, maupun agama,” ungkapnya.
Menurutnya, peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh sivitas akademika UNAS dan pihak lain agar tidak menoleransi tindakan diskriminasi, kekerasan, maupun ujaran kebencian di lingkungan kampus. Setiap pelanggaran ditindak sesuai prosedur, dan menjamin hak korban untuk melanjutkan pendidikan di Unas.
Kasus yang terjadi akibat kesalahpahaman dalam komunikasi di grup WhatsApp (WA) tugas mata kuliah, tanpa sadar mengeluarkan narasi yang berpotensi menimbulkan rasisme. Hal tersebut telah diselesaikan dengan cara musyawarah dan kekeluargaan. Menghadirkan seluruh pimpinan tingkat fakultas, program studi, dosen pembimbing akademik, dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan serta mahasiswa yang berselisih paham di dalam komunikasi.
Semangat Toleransi
Dikemukakan, semua pihak mengapresiasi langkah cepat UNAS dalam menjembatani komunikasi antara pihak kampus dan mahasiswa yang berselisih paham. Semua pihak bersepakat mengedepankan semangat kekeluargaan, musyawarah, dan kebersamaan.
Tujuannya agar peristiwa serupa tidak terulang kembali, serta menjadi pengingat pendidikan adalah hak semua warga bangsa tanpa memandang SARA. Dalam pertemuan tersebut, Sekjen Papua Connect Pace Cang Waicang menyampaikan apresiasi kepada UNAS yang menginisiasiasi perundingan itu. Sekaligus mengimbau kepada adik-adik mahasiswa Papua di Jakarta senantiasa menunjukkan semangat persaudaraan satu Indonesia. Pertemuan ini menjadi bukti, berjalannya komunikasi yang edukatif dan persuasif dalam penyelesaian masalah.
“Kami melihat UNAS telah memberikan solusi yang adil dan bermartabat untuk semua pihak. Harapan kami, UNAS dapat menjadi pionir dalam mendukung mahasiswa Papua dapat mencapai cita-cita, meraih gelar sarjana, dan berkontribusi bagi Indonesia. Sekali lagi, terima kasih kepada pihak UNAS atas komitmen dan keterbukaannya,” ujar Cang Waicang.
Selamat Ginting mengungkapkan, UNAS juga secara aktif memperkuat semangat toleransi dan persaudaraan antar warga kampus. Melalui kegiatan lintas budaya, pembelajaran multikultural, mahasiswa diajak memahami pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan. Dengan demikian, UNAS tidak hanya mencetak lulusan yang unggul secara akademik, melainkan juga berkarakter dan berwawasan kebhinekaan.
“Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan UNAS secara konsistendan berkesinambungan dimulai dari kegiatan PLBA (Pengenalan Lingkungan Budaya Akademik), perkuliahan multikulturalisme, diskusi interaktif lintas budaya. Tujuannya memahami pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan untuk mencegah kesalahpahaman serta memperkuat rasa kebersamaan sejak awal mahasiswa bergabung di lingkungan kampus,” tutup Selamat Ginting.*
