Kamis, 30 Oktober 2025
Menu

Kemenag Soroti Kesejahteraan dan Transformasi Digital Guru Agama

Redaksi
Dialog Media: Kemenag dan Kesejahteraan Guru Agama, di Hotel Alia Pasar Baru, Jakarta, Rabu, 29/10/2025 | Muhammad Reza/Forum Keadilan
Dialog Media: Kemenag dan Kesejahteraan Guru Agama, di Hotel Alia Pasar Baru, Jakarta, Rabu, 29/10/2025 | Muhammad Reza/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Koordinator Staf Khusus Menteri Agama (Menag) Ismail Cawidu menyoroti sejumlah isu strategis terkait peningkatan kesejahteraan dan kompetensi guru agama di Indonesia.

Hal itu disampaikan dalam acara Dialog Media: Kemenag dan Kesejahteraan Guru Agama yang digelar di Pasar Baru, Jakarta, Rabu, 29/10/2025.

Kegiatan ini dihadiri oleh para pejabat yang mewakili pembinaan guru lintas agama, antara lain Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung, Dirjen Bimas Katolik Suparman, Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, dan Dirjen Bimas Hindu Prof I Nengah Duija.

Dalam paparannya, Ismail menegaskan bahwa transformasi digital di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) harus disertai dengan percepatan implementasi yang nyata, agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh para guru dan peserta didik.

“Transformasi digital sudah berjalan, tapi kecepatan implementasinya masih perlu ditingkatkan. Kita ingin layanan pendidikan dan keagamaan benar-benar efisien, adaptif, dan berdampak,” ujar Ismail.

Selain itu, Ismail juga menyoroti pelaksanaan kurikulum merdeka di satuan pendidikan agama yang dinilainya masih memerlukan penguatan. Menurutnya, guru agama perlu dibekali kemampuan adaptasi agar tidak tertinggal oleh perubahan kebijakan nasional.

“Kebijakan nasional bisa berubah, dan guru agama harus siap menyesuaikan. Kurikulum merdeka memberi ruang kreativitas, tapi perlu pendampingan agar arah pembelajarannya tetap sesuai nilai dan karakter bangsa,” katanya.

Ismail turut menyinggung kesenjangan kesejahteraan antara guru honorer dan guru ASN di bawah naungan Kemenag. Ia menilai, perlu langkah konkret untuk memperkecil jarak tunjangan agar para guru honorer memperoleh apresiasi yang lebih layak.

“Para guru honorer selama ini menjadi tulang punggung pendidikan agama di banyak daerah. Sudah sepantasnya ada kebijakan afirmatif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya peningkatan pendidikan formal dan profesionalisme guru agama, termasuk melalui program sertifikasi, pendidikan lanjutan, serta pelatihan berkelanjutan.

“Guru agama tidak hanya mengajar, tapi juga membentuk karakter bangsa. Karena itu, penguatan kapasitas akademik dan profesional mereka menjadi bagian penting dari pembangunan nasional,” tutur Ismail.

Dialog media ini menjadi wadah pertukaran pandangan antarperwakilan agama mengenai arah kebijakan pendidikan keagamaan di Indonesia.

Para Dirjen Bimas lintas agama menyatakan komitmen untuk terus berkoordinasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan dan kualitas guru agama di masing-masing bidang.*

Laporan oleh: Muhammad Reza