Senin, 20 Oktober 2025
Menu

Arti Taxi Cab Theory dan Hubungannya dengan Kesiapan Emosional

Redaksi
Ilustrasi Taxi Cab | Ist
Ilustrasi Taxi Cab | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Dalam dunia percintaan, sering kali kita mendengar ungkapan “dia bukan orangnya, cuma waktunya yang salah.” Ungkapan ini ternyata punya teori yang cukup menarik dan banyak dibicarakan di dunia psikologi hubungan, yaitu Taxi Cab Theory.

Meski terdengar sederhana, teori ini sebenarnya menjelaskan pola perilaku manusia dalam menentukan kapan seseorang “siap” untuk menjalin hubungan romantis.

Apa Itu Taxi Cab Theory?

Taxi Cab Theory adalah sebuah konsep yang diibaratkan seperti taksi yang sedang beroperasi. Setiap orang digambarkan sebagai sebuah taksi dengan lampu di atapnya — “menyala” berarti mereka sedang siap membuka diri untuk hubungan serius, sementara “mati” berarti mereka belum siap, meski sudah bertemu orang yang tepat.

Teori ini pertama kali populer lewat pembahasan di dunia dating psychology dan kemudian viral di berbagai media sosial karena dinilai relevan dengan realitas hubungan modern. Banyak orang menyadari bahwa cinta saja tidak cukup — kesiapan emosional, kondisi hidup, dan waktu yang tepat memegang peran besar dalam keberhasilan sebuah hubungan.

Menurut Taxi Cab Theory, seseorang bisa saja bertemu dengan pasangan ideal di waktu yang salah. Misalnya, seseorang baru saja keluar dari hubungan panjang, sedang fokus membangun karier, atau belum menemukan kestabilan emosional.

Meski secara logika mereka tahu bahwa orang di hadapannya adalah sosok yang baik, “lampu taksi” mereka masih mati — tanda belum siap menerima atau berkomitmen dalam hubungan baru.

Sebaliknya, ketika seseorang sudah mencapai fase di mana mereka siap berkomitmen, lampu itu menyala. Dan di momen itu, orang pertama yang “menumpang” — alias orang yang mereka temui ketika sedang siap — sering kali menjadi pasangan yang mereka pilih, bahkan jika koneksi emosionalnya tidak sedalam hubungan-hubungan sebelumnya.

Kenapa Banyak Orang Baru “Siap” di Waktu Tertentu

Ada beberapa alasan mengapa “lampu taksi” seseorang baru menyala di waktu tertentu:

  1. Faktor Emosional

Seseorang butuh waktu untuk memulihkan diri dari pengalaman masa lalu. Luka emosional yang belum sembuh bisa membuat mereka enggan memulai hubungan baru.

  1. Faktor Kehidupan dan Stabilitas

Banyak orang merasa perlu mencapai titik tertentu dalam hidup — entah karier, keuangan, atau kemandirian pribadi — sebelum siap berbagi hidup dengan orang lain.

  1. Faktor Waktu dan Prioritas

Kadang bukan soal siapa, tetapi kapan. Ketika seseorang sedang sibuk mengejar target atau menyusun arah hidup, hubungan romantis belum jadi prioritas utama.

Taxi Cab Theory mengajarkan bahwa hubungan bukan sekadar tentang menemukan orang yang cocok, tetapi juga tentang kesiapan.

Hal ini membantu kita memahami bahwa ditolak atau kehilangan seseorang bukan selalu karena kita kurang baik, melainkan karena mereka sedang berada di fase hidup yang belum memungkinkan.

Sebaliknya, teori ini juga menjadi pengingat bahwa cinta yang bertahan lama biasanya terjadi ketika dua orang bertemu dalam waktu yang tepat — ketika keduanya sudah siap untuk benar-benar membuka diri dan berkomitmen.

Jadi, Haruskah Kita Menunggu Lampu Itu Menyala?

Jawabannya tergantung pada masing-masing individu. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk siap, sama seperti kita tidak bisa memaksa taksi menyalakan lampunya. Namun, kita bisa fokus pada diri sendiri — membangun versi terbaik dari diri kita, agar saat “lampu” kita menyala, kita sudah benar-benar siap menyambut seseorang dengan sehat dan utuh.

Karena pada akhirnya, hubungan yang baik bukan hanya soal siapa yang naik ke dalam taksi, tapi juga kapan perjalanan itu dimulai dengan kesiapan yang sama dari dua arah.*