Bahaya Vape bagi Kesehatan yang Perlu Diwaspadai

FORUM KEADILAN – Dalam beberapa tahun terakhir, vape atau rokok elektrik semakin populer, terutama di kalangan anak muda. Banyak yang menganggap vape sebagai alternatif yang lebih “aman” dibandingkan rokok tembakau. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Vape tetap memiliki risiko serius bagi kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Mengapa Vape Dianggap Lebih Aman
Sebagian pengguna beralih ke vape karena percaya alat ini tidak menghasilkan tar atau asap pembakaran seperti rokok biasa. Cairan vape (e-liquid) umumnya mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan perasa buatan. Zat-zat ini diuapkan lalu dihirup melalui alat pemanas.
Namun, meskipun tidak mengandung tembakau, proses pemanasan cairan tersebut justru menciptakan senyawa kimia berbahaya yang dapat merusak paru-paru dan sistem pernapasan.
Kandungan Berbahaya dalam Vape
Beberapa penelitian menemukan bahwa cairan vape bisa mengandung logam berat seperti timbal, nikel, dan kromium yang berasal dari elemen pemanas di dalam perangkat. Selain itu, senyawa karbonil seperti formaldehida dan asetaldehida juga dapat terbentuk saat cairan dipanaskan.
Zat-zat ini bersifat toksik dan karsinogenik, yang artinya dapat memicu gangguan organ dan bahkan meningkatkan risiko kanker bila digunakan dalam jangka panjang.
Dampak Vape bagi Tubuh
1. Kerusakan paru-paru
Kasus vaping-associated lung injury atau EVALI telah dilaporkan di berbagai negara. Kondisi ini menyebabkan peradangan parah di paru-paru yang bisa berujung pada gagal napas.
2. Kecanduan nikotin
Meski beberapa produk mengklaim “bebas nikotin”, banyak di antaranya tetap mengandung zat adiktif ini. Nikotin dapat memengaruhi sistem saraf pusat, meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan menimbulkan ketergantungan yang sulit diatasi.
3. Gangguan jantung dan pembuluh darah
Kandungan nikotin dan bahan kimia lain pada vape dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, meningkatkan risiko penyakit jantung, serta stroke.
Dampak pada kesehatan mental
Studi menunjukkan, penggunaan nikotin sejak usia muda dapat memengaruhi perkembangan otak, terutama bagian yang mengatur perhatian, suasana hati, dan pengambilan keputusan. Akibatnya, pengguna muda lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi.
Bahaya Vape Pasif
Tak hanya pengguna aktif, orang di sekitar juga bisa terpapar uap dari vape. Walau tidak sekental asap rokok biasa, uap tersebut tetap mengandung nikotin dan partikel kimia yang berbahaya bila terhirup terus-menerus. Hal ini menimbulkan risiko bagi anak-anak, ibu hamil, serta orang dengan masalah pernapasan.
Tren Vape di Kalangan Anak Muda
Desain yang menarik, aroma manis, dan anggapan “lebih modern” membuat vape kian populer di kalangan remaja. Padahal, remaja adalah kelompok yang paling rentan mengalami kecanduan nikotin karena otak mereka masih berkembang. Banyak negara kini mulai memperketat regulasi penjualan vape untuk melindungi generasi muda dari dampak jangka panjang.
Menjaga Diri dari Bahaya Vape
Langkah pertama untuk menjaga kesehatan tentu dengan menghindari penggunaan vape sepenuhnya. Bila kamu sudah terlanjur menggunakan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau mengikuti program berhenti nikotin. Selain itu, penting juga untuk memperkuat edukasi tentang bahaya vape di lingkungan sekolah, kampus, dan media sosial.
Vape bukan solusi aman untuk berhenti merokok. Meski terlihat lebih modern dan tidak berasap, dampak kesehatan yang ditimbulkan tetap berbahaya. Mulailah dengan langkah kecil — mengurangi, mencari bantuan medis, dan memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga paru-paru tetap sehat tanpa asap maupun uap beracun.*