FORUM KEADILAN – Momen keakraban antara dua mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok baru-baru ini menarik perhatian publik. Sebab, keduanya memiliki riwayat rivalitas politik yang panjang.
Rivalitas antara Ahok dan Anies dimulai sejak Pilgub Jakarta 2017 silam. Keduanya sama-sama menjadi kontestan di Pilgub Jakarta. Saat itu, Ahok berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat dan Anies dengan Sandiaga Uno.
Keduanya kerap saling sindir, baik perihal kebijakan yang diambil Ahok maupun janji politik yang diusung Anies. Saling sindir ini terjadi di panggung debat dan di luar panggung debat.
Namun belakangan, Anies dan Ahok tampak mesra dengan menunjukkan keakraban satu sama lain. Hal tersebut terlihat di saat keduanya menghadiri acara peluncuran buku berjudul ‘Makanya, Mikir!’ yang ditulis oleh Abigail Limuria dan Cania Citta.
Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Lili Romli melihat, pertemuan itu menjadi bukti bahwa hubungan antara keduanya sudah mencair dan harmonis pasca Pilkada 2017. Tak hanya itu, Lili berpendapat, hubungan mesra Anies-Ahok hanya sekadar pertemuan dua sahabat saja.
“Ini tentu hal yang baik. Yang mestinya juga diikuti oleh elit-elit politik yang lain bahwa kompetisi Pilkada atau Pilpres boleh ketat, saling kritik dan memojokkan, tapi setelah usai harus kembali rukun dan harmonis,” kata Lili kepada Forum Keadilan, Minggu, 19/1/2025.
“Tidak boleh perbedaan dan ketegangan itu berlarut larut mengganggu hubungan sosial dan persahabatan. Sebenarnya teladan itu sudah diberikan oleh para bapak pendiri bangsa meski mereka berdebat, berbeda partai, tapi hubungan tetap baik dan harmonis,” sambung dia.
Menurut Lili, keakraban Anies dan Ahok menjadi angin positif bagi basis keduanya. Pasalnya, mereka sama-sama memiliki modal sosial politik serta basis yang sama kuat.
“Sehingga, ketika keduanya akur, maka akan dilihat secara positif oleh para pendukungnya,” lanjut Lili.
Lili enggan berspekulasi, jika keakraban Anies dan Ahok disangkutkan dengan kontestasi politik lima tahun mendatang. Katanya, terlalu dini jika dihubungan dengan hal tersebut karena politik memiliki pola yang dinamis dan sukar ditebak.
“Saya kira jika untuk berpasangan masih dini untuk menilainya. Karena Pemilu 2029 masih jauh, dan belum bisa diprediksi saat ini karena akan dinamis dan belum terlihat polanya,” pungkasnya.*
Laporan Merinda Faradianti