FORUM KEADILAN – Wakil Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengungkap sejumlah tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam upaya menarik investasi.
Ia menyoroti masalah efisiensi penggunaan investasi serta berbagai hambatan struktural yang melemahkan daya saing Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Mari Elka Pangestu, salah satu tantangan besar adalah rasio output modal investasi yang tinggi.
“Secara sederhana, kita tidak efisien dalam penggunaan investasi kita,” katanya dalam diskusi, di Kantor Perancangan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 17/1/2025.
Selain itu, multiplier fiskal yang rendah juga menjadi kendala, di mana investasi pemerintah dinilai kurang memberikan dampak signifikan sebagaimana seharusnya, dan inefisiensi investasi ini berkaitan erat dengan iklim investasi di Indonesia yang masih menghadapi banyak hambatan.
Berdasarkan berbagai studi dan pengalamannya bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), ia mencatat beberapa masalah mendasar, seperti tingginya biaya logistik, kebijakan perdagangan yang belum optimal, serta kapasitas tenaga kerja yang terbatas.
“Jika kita tidak meningkatkan daya saing dan mengatasi masalah sumber daya manusia serta kualitas tenaga kerja, kita akan sulit menarik investasi yang mampu menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Mari juga menekankan pentingnya perbaikan iklim investasi dan kemudahan berbisnis sebagai langkah strategis untuk mendorong daya saing industri Indonesia, serta keberlanjutan ekonomi jangka panjang membutuhkan pendekatan baru dalam pengelolaan investasi dan industri.
“Daya saing saat ini bukan hanya soal membuat barang dengan biaya murah. Kita harus menjadi bagian dari rantai pasokan yang berkelanjutan,”ucapnya.
Lebih lanjut, penggunaan energi hijau dan produksi yang ramah lingkungan menjadi kebutuhan mendesak agar Indonesia dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional.
“Jika tidak, kita tidak akan dapat bersaing, baik di pasar domestik maupun internasional. Akan ada permintaan yang meningkat untuk produk ramah lingkungan di pasar domestik juga,” pungkasnya.*
Laporan Novia Suhari