FORUM KEADILAN – Suriah menyaksikan perubahan besar dalam sejarahnya setelah milisi Hayat Tahrir al-Sham berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad yang telah berkuasa selama lebih dari lima dekade, pada Minggu 8/12/2024.
Kejatuhan pemerintahan yang otoriter ini menandai berakhirnya era kekuasaan keluarga Assad, yang sejak 1980 mengibarkan bendera dengan tiga warna: merah, putih, hitam, dan dua bintang hijau. Bendera tersebut tidak hanya menjadi simbol identitas negara, tetapi juga melambangkan warisan partai Ba’ath yang berkuasa, dan bagi banyak warga Suriah, menjadi tanda penindasan.
Setelah rezim Assad runtuh, masyarakat Suriah mengganti bendera negara mereka dengan desain baru yang lebih mengarah pada simbol kemerdekaan dan persatuan. Bendera baru ini terdiri dari tiga warna: hijau, putih, dan hitam, yang melambangkan kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di wilayah Suriah, yaitu Dinasti Rasyidin, Umayyah, dan Abbasiyah.
Pemilihan desain bendera ini tidak hanya mencerminkan sejarah Islam yang kaya di tanah Suriah, tetapi juga mengandung pesan tentang kebebasan dan perubahan besar yang sedang terjadi di negara tersebut.
Bendera baru ini mengingatkan pada bendera kemerdekaan yang digunakan oleh para pejuang Suriah sebelum negara ini merdeka dari kolonialisme Prancis. Sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan, bendera ini juga menggugah kenangan akan perjuangan bangsa Suriah untuk meraih kemerdekaan.
Para pengunjuk rasa yang turun ke jalan pada tahun 2011 dalam gelombang protes terhadap pemerintahan Assad sempat mengibarkan bendera serupa sebagai simbol dari kebebasan yang mereka tuntut.
Tiga bintang merah yang terdapat pada bendera baru Suriah memiliki makna simbolis yang mendalam. Bintang-bintang tersebut mewakili tiga distrik utama Suriah: Aleppo, Damaskus, dan Deir el-Zor, yang selama ini menjadi pusat perjuangan dan perlawanan terhadap rezim yang otoriter.
Bendera ini kini menjadi lambang persatuan, tidak hanya di kalangan warga Suriah yang berada di dalam negeri, tetapi juga di kalangan pengungsi Suriah di seluruh dunia. Di luar negeri, bendera ini sering dikibarkan oleh pendukung oposisi di kota-kota besar seperti Washington, Madrid, dan London, menjadi simbol harapan dan kebebasan.
Pergantian bendera ini turut mencerminkan perubahan yang terjadi di tingkat diplomatik. Kedutaan Besar Suriah di Indonesia mengganti bendera di halaman Facebooknya dengan bendera bintang tiga dan menuliskan kalimat persatuan.
” Hari ini anda menulis halaman baru dalam sejarah Suriah, untuk membuat perjanjian dan pakta nasional yang menyatukan perkataan warga Suriah, menyatukan mereka dan tidak memecah belah, untuk membangun tanah air yang didominasi oleh keadilan dan kesetaraan di mana setiap orang menikmati semua hak dan kewajiban, jauh dari satu pendapat. Kewarganegaraan adalah fondasinya,” tulis Kedutaan Besar Suriah melalui keterangan tertulis, dikutip pada Minggu 15/12/2024.
Meski perubahan ini terjadi setelah rezim Assad tumbang, bendera baru Suriah juga mulai dikibarkan di Kedutaan Besar Suriah di Moskow, Rusia, yang hingga kini tetap menjadi pendukung utama pemerintah Bashar al-Assad.
Keberadaan bendera baru di kedutaan-kedutaan ini menunjukkan bahwa meskipun Rusia masih melindungi keluarga Assad, Suriah yang baru tetap berkomitmen untuk mengembalikan nilai-nilai kebebasan dan persatuan yang diinginkan rakyatnya.
Perubahan ini menunjukkan harapan baru bagi rakyat Suriah yang telah lama hidup di bawah kekuasaan yang sewenang-wenang, serta menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan yang mereka alami. Dengan mengganti bendera, Suriah tidak hanya mengganti simbol visual, tetapi juga menyuarakan tekad untuk membangun masa depan yang lebih adil dan damai bagi semua warganya.*
Laporan Zahra Ainaiya