Kontroversi Arab Saudi sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Kongres Luar Biasa FIFA putuskan Arab Saudi jadi tuan rumah Piala Dunia 2034 | Twitter @Saudi2034
Kongres Luar Biasa FIFA putuskan Arab Saudi jadi tuan rumah Piala Dunia 2034 | Twitter @Saudi2034

FORUM KEADILAN – FIFA telah mengumumkan bahwa Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Keputusan ini langsung memicu berbagai reaksi dan kontroversi di kalangan penggemar sepak bola, aktivis hak asasi manusia, dan komunitas global.

Meski Arab Saudi mengklaim keputusan ini sebagai langkah besar untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap olahraga internasional, ada beberapa isu utama yang membuat penunjukan ini menuai perdebatan.

Bacaan Lainnya

1. Masalah Hak Asasi Manusia

Salah satu kritik utama terhadap Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia adalah rekam jejak negara tersebut terkait hak asasi manusia (HAM). Arab Saudi sering mendapat sorotan karena perlakuannya terhadap perempuan, komunitas LGBTQ+, pekerja migran, dan kebebasan berekspresi.

Organisasi seperti Amnesty International dan Human Rights Watch telah menyerukan FIFA untuk lebih memperhatikan isu HAM sebelum memilih tuan rumah. Sebagai contoh, undang-undang di Arab Saudi yang melarang hubungan sesama jenis dianggap bertentangan dengan nilai inklusivitas dan keberagaman yang dikampanyekan oleh FIFA.

2. Tuduhan “Sportswashing”

Arab Saudi dituding menggunakan olahraga, termasuk sepak bola, sebagai alat untuk memperbaiki citra internasionalnya, sebuah praktik yang sering disebut sportswashing. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini telah menginvestasikan dana besar dalam olahraga, termasuk mengakuisisi klub sepak bola Eropa seperti Newcastle United, meluncurkan liga sepak bola lokal yang mendatangkan pemain-pemain bintang, serta menjadi tuan rumah berbagai acara olahraga internasional.

Bagi banyak pihak, Piala Dunia 2034 dianggap sebagai puncak dari strategi ini. Kritikus menilai bahwa fokus utama Arab Saudi bukan pada pengembangan olahraga, melainkan pada upaya untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu politik domestik dan pelanggaran HAM.

3. Transparansi Proses Pemilihan

Proses pemilihan Arab Saudi sebagai tuan rumah juga tidak lepas dari kontroversi. Keputusan FIFA untuk mempercepat pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2034 dan membatasi peluang negara lain untuk mengajukan diri menimbulkan pertanyaan tentang transparansi.

Beberapa pihak menduga bahwa FIFA cenderung memprioritaskan negara-negara dengan dukungan finansial yang kuat dibandingkan dengan negara yang lebih layak secara moral atau infrastruktur.

4. Reaksi Publik dan Dunia Sepak Bola

Keputusan ini memecah opini di kalangan penggemar sepak bola. Sebagian mendukung langkah ini sebagai upaya memperluas sepak bola ke wilayah yang kurang terwakili di panggung internasional. Namun, sebagian besar mempertanyakan apakah nilai-nilai FIFA tentang inklusivitas, keadilan, dan keberagaman benar-benar sejalan dengan penunjukan Arab Saudi sebagai tuan rumah.

Sejumlah pemain, pelatih, dan tokoh sepak bola telah menyatakan keraguan mereka terhadap keputusan ini. Mereka menyoroti bahwa fokus utama seharusnya pada perkembangan olahraga, bukan pada kepentingan politik atau ekonomi.

Kontroversi seputar Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034 mencerminkan ketegangan antara ambisi ekonomi-politik negara tuan rumah dan nilai-nilai universal yang seharusnya diusung oleh olahraga, khususnya sepak bola.

Meski Arab Saudi memiliki kemampuan finansial untuk menyelenggarakan acara sebesar Piala Dunia, pertanyaan besar tentang HAM, transparansi, dan inklusivitas akan terus menghantui persiapan hingga penyelenggaraan acara ini.

Laporan Dian Pangestu Pancar

Pos terkait