Sabtu, 14 Juni 2025
Menu

1.500 Warga Tewas dalam Demo Berdarah di Bangladesh, Gulingkan Sheikh Hasina

Redaksi
Demo Berdarah di Bangladesh, Gulingkan Sheikh Hasina | Ist
Demo Berdarah di Bangladesh, Gulingkan Sheikh Hasina | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILANBangladesh dilanda salah satu protes paling berdarah dalam sejarah negara itu, di mana lebih dari 1.500 orang dilaporkan tewas dan 3.500 orang diculik sepanjang tahun ini, dalam demonstrasi penggulingan eks Perdana Menteri.  Hal tersebut disampaikan langsung oleh PM intermin Bangladesh Muhammad Yunus, dikutip dalam Reuters Pada Senin, 18/11/2024.

Demonstrasi besar-besaran terjadi di ibu kota Dhaka dan berbagai wilayah lain sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang telah lama memimpin melalui Partai Liga Awami.

Dimulai sejak juli 2024, aksi protes yang awalnya damai berubah menjadi bentrokan mematikan setelah tuntutan masyarakat tidak segera dipenuhi.

Akar dari kerusuhan ini melibatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap dugaan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintahan Hasina. Salah satu pemicu utama adalah tuntutan reformasi dalam sistem perekrutan pegawai negeri, terutama terkait kuota untuk keluarga veteran perang. Ketidakadilan sosial yang meluas menambah kemarahan rakyat, terutama di kalangan generasi muda dan mahasiswa, yang menjadi penggerak utama aksi ini.

Kerusuhan mencapai puncaknya ketika ribuan demonstran menyerbu Istana Ganabhaban, kediaman resmi Perdana Menteri. Mereka menghancurkan properti pemerintah, termasuk memecahkan kaca dan merusak fasilitas. Dalam situasi yang semakin tidak terkendali, Sheikh Hasina dilaporkan melarikan diri bersama keluarganya ke lokasi yang dirahasiakan. Pihak militer akhirnya mengambil alih situasi dengan membentuk pemerintahan sementara.

Jenderal Waker-uz-Zaman, Kepala Staf Angkatan Darat, mengonfirmasi bahwa Sheikh Hasina telah mengundurkan diri. Dalam pidatonya, ia berjanji akan mengembalikan stabilitas negara dan memastikan keadilan bagi para korban.

Meski demikian, pengamat internasional menyoroti bahwa langkah militer ini dapat membuka jalan bagi pemerintahan otoriter baru jika tidak diawasi dengan ketat.

Gelombang protes ini mencerminkan ketidakpuasan mendalam masyarakat Bangladesh terhadap kepemimpinan Hasina selama lebih dari satu dekade.

Selama pemerintahannya, meskipun Bangladesh mencapai beberapa kemajuan ekonomi, banyak pihak menilai pemerintah gagal memenuhi aspirasi rakyat, terutama dalam isu-isu keadilan sosial dan demokrasi. Protes ini adalah peringatan serius bagi para pemimpin di seluruh dunia bahwa ketidakadilan yang dibiarkan terlalu lama dapat memicu pergolakan besar.*

Laporan Dian Pangestu Pancar