Istilah “4B” ini merupakan singkatan yang terdiri atas kata bihon (tidak menikah), bichulsan (tidak melahirkan), biyeonae (tidak berkencan), dan bisekseu (tidak berhubungan seks). Gerakan ini mendorong para perempuan untuk menolak pernikahan heteroseksual, melahirkan, berkencan, atau berhubungan seks dengan laki-laki.
Para anggota gerakan 4B menganggap pernikahan sebagai ancaman bagi perempuan, terutama karena ketidakadilan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang sering terjadi. Berdasarkan data di Korea Selatan pada 2018, menunjukkan bahwa dalam sembilan tahun, 824 perempuan tewas dan 602 lainnya terluka berat akibat KDRT.
Belum lagi, kesenjangan upah berdasarkan gender di Korea Selatan, menjadi yang terburuk di antara para negara maju. Perempuan memperoleh penghasilan lebih rendah daripada laki-laki.
Anggota dari gerakan 4B berdiskusi terkait ketidakadilan ini di komunitas online. Banyak dari mereka berpendapat bahwa perempuan lebih baik mandiri dan terlepas dari sistem patriarki dan misogini.
Meskipun mendapat kritik dari berbagai pihak, gerakan 4B ini juga mendapatkan dukungan dari sebagian masyarakat internasional. Bagi Perempuan pendukung 4B di Korea Selatan, gerakan ini merupakan cara untuk hidup mandiri dan aman dari ancaman.
Seiring perkembangannya, gerakan 4B kini menjadi 6B. Gerakan ini bertujuan agar perempuan dapat mengejar otonomi dan kebahagiaan sesuai dengan keinginan mereka, bukan keinginan yang ditentukan oleh masyarakat.
Para pendukung gerakan 6B memilih fokus kepada dirinya sendiri, seperti bekerja keras menata masa depan dan menabung uang nya untuk masa depan yang lebih baik.
Gerakan 6B kembali menarik perhatian di platform media sosial seperti Twitter dan TikTok. TikTok sendiri memiliki lebih dari 10.000 video yang diberi tagar “#4bmovement“. Video itu mulai dari konten penjelasan hingga pengalaman kencan pribadi yang mengerikan.
Saat gerakan 6B muncul beberapa hari belakangan ini di media sosial, beberapa TikTokers yang tinggal di Korea Selatan mengatakan bahwa gerakan ini justru dipopulerkan oleh para perempuan internasional khususnya dari Barat. Sementara di Korea Selatan sendiri gerakan ini hanya populer di komunitas online.
Gerakan ini juga mendapatkan perhatian di Amerika Serikat, setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden. Banyak yang khawatir atas kemenangan Trump dalam pilpres AS, akan mengurangi akses hak perempuan terutama pada reproduksi.
Dalam kampanye nya, Trump hanya berfokus pada isu Ekonomi Negara dan menghindari masalah hak aborsi. Di sisi lain, kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, memperlihatkan sikap yang konsisten dalam memberikan dukungan terhadap hak reproduksi bagi perempuan.
Para perempuan Amerika yang merasa kecewa, kemudian menyalurkan kemarahan dan keputusasaan itu ke dalam aktivisme baru diruang pribadi mereka dengan memboikot pria, memboikot hubungan heteroseksual, hingga menolak budaya patriarki.
Gerakan 4B & 6B yang menjadi viral di Korea Selatan berhasil menarik perhatian masyarakat internasional, bahwa dalam masyarakat Korea yang sangat patriarki, perempuan pun berhak atas pilihan hidupnya sendiri.
Laporan Zahra Ainaiya