FORUM KEADILAN – Kasus mafia akses judi online (judol) yang melibatkan sejumlah Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berhasil digeledah oleh polisi pada akhirnya terungkap.
Berawal dari polisi yang tengah melakukan penyelidikan terhadap situs judi online ‘Sultan Menang’ yang ternyata keberadaan ‘Kantor Satelit’ yang menjadi markas operasi para tersangka di Ruko Galaxy, Kota Bekasi terbongkar.
Ironisnya, para tersangka yang seharusnya mem-filter hingga memblokir konten ilegal seperti judi online ini malah menyalahgunakan kewenangannya untuk meminta sejumlah uang kepada situs judi online. Situs-situs yang tidak menyetorkan uang akan diblokir.
Pakar IT, Muhammad Salahuddien Manggalanny, menilai bahwa Indonesia secara teknologi mampu mengeluarkan anggaran besar untuk membuat teknologi yang mumpuni dalam mengatasi konten ilegal seperti halnya yang dilakukan oleh negara Cina.
“Harusnya mampu gitu cuman emangnya mau ngeluarin anggaran segede Cina, cuman begini doang mau investasi segitu, ya kalau mau boleh, ya tentu tidak murah, karena segala teknologi terbaru yang terdepan karena internet ini kan juga terus mengembangkan teknologi privacy, misalkan https ya, kalau kita sudah https itu kan enggak bisa di intercept lagi, nah pemerintah Cina mengembangkan teknologi yang memungkinkan mereka meng-intercept,” ujar Pakar IT, Muhammad Salahuddien Manggalanny, Podcast Hanya Disini (PHD 4K) di Forum Keadilan TV, dikutip pada Minggu, 10/11/2024.
Ia berpendapat bahwa metode filtering ataupun blokir adalah bukan solusi dalam menghadapi konten ilegal yang masih beredar di masyarakat saat ini.
“Filtering atau pemblokiran itu bukan solusi terhadap masalah konten ilegal ini, termasuk terutama judi, yang pornografi aja kita terbukti tidak berhasil gitu ya dengan cara ini apalagi yang judi, karena pornografi ini marketnya lebih segmented daripada judi,” jelasnya.
Salahuddien menyebut bahwa semua kalangan masyarakat dari segala umur, gender hingga pekerjaan terpapar oleh judi online. Bahkan, persentase perempuan yang terpapar judi online hampir setara dengan pria.
“Banyak beritakan korban-korban yang terjerat pinjol untuk taruhan online itu ibu-ibu rumah tangga, duitnya pinjol itu diduga juga aliran dari judi online,” tuturnya.
Salahuddien pun menekankan kembali bahwa dirinya tidak setuju dengan metode filtering terhadap konten ilegal karena dinilai tidak efektif.
“Kalau saya dan teman-teman ini berpendapat cara yang paling efektif, karena apa sih, mengapa kok sih filtering itu enggak efektif ya salah satunya karena kita tidak bersedia berinvestasi teknologi yang memungkinkan pemblokiran yang efektif karena itu sangat mahal dan harus kita sendiri yang develop, enggak mungkin kita terus ngebeli teknologi dari orang, karena teknologi orang one step behind selalu, ya kalau kita mau advance harus kita kembangkan sendiri, itu yang pertama dan sudah pasti pemerintah enggak akan membiayai riset yang kayak begini,” katanya.
“Riset yang produktif yang lain aja enggak mau biayain jadi temuan gitu ya, apalagi yang kayak begini,” tandasnya.*