Berjuang 20 Tahun untuk Jadi Presiden, Prabowo Disebut Konsisten dengan Pemikirannya

FORUM KEADILAN – Hari pelantikan pada Minggu, 20/10/2024 menjadi sebuah momen penting bagi masyarakat Tanah Air dan momen ini pun juga menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh Prabowo Subianto.
Menteri Pertahanan (Menhan) RI 2019-2024 ini sudah tidak asing lagi dengan dunia politik Indonesia. Prabowo tercatat sebagai salah satu tokoh politik yang mempunyai rekam jejak maju sebagai calon presiden (capres) dan juga calon wakil presiden (cawapres) sebanyak empat kali.
Tekad dan keteguhannya diperlihatkan dalam kontestasi sengit Pilpres sejak tahun 2004 hingga akhirnya pada Pilpres 2024 dirinya berhasil menjadi Presiden RI ke-8 dengan didampingi oleh putra sulung Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka.
Sepak terjang Prabowo memperlihatkan dedikasi, ketekunan, hingga keinginannya agar dapat mewujudkan visi dan misinya untuk Indonesia.
Staff Khusus Menteri ESDM 2014-2019, Said Didu, mengungkapkan bahwa perjuangan 20 tahun Prabowo dalam dunia politik dan kontestasi dunia Pilpres dapat dilihat dalam buku Prabowo yang berjudul ‘Paradoks Indonesia’
“Saya membaca buku Prabowo itu tiga edisi mulai 2012 edisi 1, 2017 edisi 2 dan 2022, beliau sangat konsisten dengan pemikirannya, kita harus paham bahwa pak Prabowo itu kan maju sebagai calon wakil presiden 2004, jadi dia tuh 20 tahun berjuang untuk mencapai Presiden, 20 tahun, tapi kelihatan ininya pada saat dia maju 2009 baru muncul buku ‘Paradoks Indonesia’,” ujar Said Didu, dalam Podcast Dialektika Madilog Forum Keadilan di Forum Keadilan TV, dikutip pada Kamis, 31/10/2024.
Ia menilai bahwa Prabowo adalah sosok yang konsisten dan hal ini diungkapnya agar masyarakat Indonesia paham mengenai dasar pemikirannya.
“Supaya publik paham hanya dua sebenarnya pemikiran dasarnya dia, satu bahwa ekonomi yang dikuasai oleh pemodal, oligarki, Konglomerat sekarang itu harus dikembalikan menjadi ekonomi milik rakyat untuk rakyat itu yang satu dari tulisan dia,” katanya.
“Kedua, dia menyatakan politik yang sekarang dikuasai oleh pemodal itu harus dikembalikan politik dari rakyat dan untuk rakyat, jadi hanya dua itu sebenarnya yang mau diperjuangkan, itulah berbagai cara yang dia lakukan dan dia menyatakan di bukunya itu bahwa setelah dia berpikir, tidak ada jalan lain untuk mewujudkan ide itu kecuali dia berusaha masuk ke politik dan memimpin Indonesia, itu pikirannya dia, supaya publik paham,” jelasnya.
Perjalannya sejak tahun 1998, lanjut Said Didu, hingga terjadinya pemberhentian dengan hormat Prabowo dari jabatan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (AU) (Pangkostrad) hingga ketika memutuskan pergi ke Yordania setelah dirinya diduga terlibat aksi penculikan aktivis 1998 dan kembali pulang ke Tanah Air menjadi suatu momen bagi Prabowo untuk memutuskan terjun di dunia politik.
“Di situ dia merenung bahwa dia harus memperbaiki bangsanya,” katanya.*