Pilkada 2024, Jubir Anies: No Anies, No Party

Juru Bicara (Jubir) Anies Baswedan, Sahrin Hamid, di Podcast Obrolan Hebat Orisinil (Oheo) di Forum keadilan TV | YouTube Forum Keadilan TV
Juru Bicara (Jubir) Anies Baswedan, Sahrin Hamid, di Podcast Obrolan Hebat Orisinil (Oheo) di Forum keadilan TV | YouTube Forum Keadilan TV

FORUM KEADILAN – Juru Bicara (Jubir) Anies Baswedan, Sahrin Hamid, menjelaskan bahwa mayoritas warga merasakan kehilangan sosok eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika dirinya tidak lagi mengikuti kontestasi Pilkada 2024 Jakarta.

Rasa kehilangan ini sangat dirasakan khususnya bagi warga Kampung Bayam. Pasalnya, permasalahan Kampung Bayam dengan Pemprov DKI Jakarta hingga pada saat ini masih terus berlanjut.

Bacaan Lainnya

Diketahui, warga Kampung Bayar digusur akibat pembangunan JIS. di era Anies menjabat sebagai Gubernur DKI, warga Kampung Bayar sempat dijanjikan dapat menempati Kampung Susun Bayam.

Tetapi, ketika Kampung Susun Bayam telah siap ditempati, warga Kampung Bayam tidak diperkenankan menempati hunian berbentuk rumah susun tersebut. Hal ini terjadi ketika Heru Budi Hartono menjabat Penjabat (Pj) Gubernur DKI.

Sebagian warga memilih untuk direlokasi ke Rusun Nagrak setelah dibujuk oleh Pemprov DKI. Di sisi lain, sebagian warga tetap memilih untuk menempati Kampung Susun Bayam.

Namun, pada awal 2024 menggusur warga yang menempati Kampung Susun Bayam. Mereka lalu dipindahkan ke hunian yang terletak di Jakarta Utara (Jakut). Kali ini, warga Kampung Bayam dijanjikan untuk dibangunkan rusun di Jakarta Utara oleh Heru Budi.

“Kalau kita mengikuti terus, itu betapa antusiasnya tuh rakyat kecil, saya melihat bahwa rakyat kecil ketika bertemu dengan Anies itu mereka sangat antuasias, kaget gitu kan, karena apa yang dilakukan oleh Anies di Jakarta sangat terasa oleh mereka,” ujar Jubir Anies Baswedan, Sahrin Hamid, di Podcast Obrolan Hebat Orisinil (Oheo) di Forum keadilan TV, dikutip pada Jumat, 18/10/2024.

“Mereka bisa mendapatkan pangan murah, anak-anak mereka bisa sekolah, dapat uang cash anak-anak mereka, kan KJP Plus itu kan adalah untuk Jakarta Pintar tapi bisa diuangkan sehingga bisa digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang lain-lain, orang lanjut usia dapat tunjangan, yang tidak bisa kuliah jadi bisa kuliah dan ketika Anies tidak lagi menjadi Gubernur kan beberapa kan hilang, kan terasa gitu lho,” lanjutnya.

Sahrin Hamid menilai, bahwa Anies adalah sosok yang sangat dirindukan dan menjadi pilihan mayoritas masyarakat Jakarta.

Hal ini menurutnya bisa melihat dari data strong voters sejak Anies menjadi Gubernur pada 2017 di beberapa putaran hingga pada masa Pilpres 2024 lalu.

”Kalau kita lihat yang sudah pernah memilih Anies ya, yang pertama di pilgub 2017.  Pilgub 2017, itu Anies dipilih oleh 57%. Putaran pertama beliau dipilih sekitar 41%, 40% lah kita sebut 39 koma sekian, itu putaran pertama. Putaran kedua 57%, jadi sekitar 40 tuh di putaran pertama membuat Anies masuk ke putaran kedua kan. Nah, terus di Pilpres itu 41,5%, 41%, jadi bisa dikatakan bahwa yang fanatik (Captive Market) lah orang bilang atau dalam istilah elektoral strong voters. Strong voters itu dia 41% kalau dari CSIS bilang itu 45%, kalau diambil rata-rata nya,” jelasnya.

“40 plus, kalau kita rata-rata kan misalnya dari 57% perolehan di Gubernur dan di Pilpres 41, dan disurvei terakhir itu di 45, kita bisa katakan sekitar segitu 45%,” sambungnya.

Melihat dari peta pendukung, kata Sahid, yang terdapat pemilih yang masuk ke dalam kategori gerakan coblos semua atau gercos.

“Ini sekarang banyak mereka, mereka melihat bahwa kenapa mereka memilih ini, gercos. Itu karena, yang pertama mereka melihat bahwa calon yang ada ini, ini adalah buah dari konspirasi jahat gitu kan, dari kartel politik, ini adalah fenomena elit ini kan, enggak ada yang benar. Tidak memiliki basis moral mereka untuk dipilih itu, itu menurut yang pertama kalangan gercosin.” tuturnya.

Sahid mengatakan bahwa ada pemilih kalangan kedua yang tidak memikirkan konspirasi dan kalangan ini disebut-sebut sebagai no Anies, no Party.

“Pokoknya tidak ada Anies, tidak ada pertandingan, melihat begitu sehingga sudahlah kita enggak ke TPS lah kalau misalnya, apa namanya tidak ada Anies di kertas suara. Ya, kalaupun kita ke TPS, ya supaya adil katanya kita coblos lah semua itu katanya kan hahaha.” imbuhnya.

“Ini golongan pertama, golongan yang kedua ini adalah golongan yang pro Pram-Rano golongan itu. Kalau golongan pertama ini dicoblos semua tidak datang ke TPS,” katanya.

Golongan pro Pram-Rano adalah mereka yang berpikir bahwa menjadi alasan Anies tidak maju ke kontestasi Pilkada 2024 kali ini adalah akibat tokoh Ridwan Kamil (RK) dan Partai Politik pengusungnya.

“Mereka melihat begitu kenapa, karena RK mestinya kan dengan partai Golkar aja udah bisa maju. Kenapa mesti mengambil semua Partai politik sampai dengan Partai politik yang telah mendukung Anies. PKS yang telah dukung Anies, Nasdem yang telah dukung Anies, PKB yang telah dukung, ini diambil semua ini konspirasi ini, dengan maksud adalah supaya Anies tidak dapat perahu, mereka melihat bahwa ini bukan skenario Gerindra,” ucapnya.

“Bukan skenario Gerindra. Bukan skenario Gerindra untuk mengambil semua partai politik dan meninggalkan PDI sendiri di luar. Karena kenapa, kalau PDI sendiri diluar itu kan waktu itu ya, dianggap tidak bisa mengajukan calon, iya kan saat itu kan tidak bisa mengajukan calon,” lanjutnya.

Hal ini katanya hanya tinggal mengidentifikasi skenario milik siapa yang bertujuan menyingkirkan Anies dan tidak memberikan jalan bagi PDIP untuk mengusung Anies dalam Pilkada 2024 ini.

“Jadi siapa sebenarnya yang tidak menghendaki Anies dan tidak menghendaki PDI, kan begitu, bahwa memang, ada orang yang apa namanya yang memiliki kekuatan besar gitu kan, yang sering mengatur-ngatur cawe-cawe ini dimana-mana semua, apa namanya produk cawe-cawe nya gitu kan. Nah, begitu pula untuk Pilkada Jakarta,” pungkasnya.*

Pos terkait