Rabu, 02 Juli 2025
Menu

Fenomena Artis Bongkar Aib di Media Sosial, Psikolog: Jadi Sebuah Kebutuhan

Redaksi
Psikolog Joice Manurung, dalam Podcast Bisi-Bisik Meja Bundar di Forum Keadilan Entertainment di Forum Keadilan TV | YouTube Forum Keadilan Entertainment
Psikolog Joice Manurung, dalam Podcast Bisi-Bisik Meja Bundar di Forum Keadilan Entertainment di Forum Keadilan TV | YouTube Forum Keadilan Entertainment
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Belakangan banyak publik figur yang secara gamblang membongkar aib di media sosial (medsos) miliknya sendiri. Tidak hanya publik figur saja, tetapi sekarang masyarakat pun juga melakukan hal yang serupa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa medsos menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan banyak orang. Mayoritas pada saat ini masyarakat dari berbagai elemen sering mengunggah kehidupan pribadinya.

Tentu tidak semua hal yang diunggah bersifat negatif, tetapi saat ini fenomena yang terjadi lebih menuju pada membukanya permasalahan yang dianggap privasi dan aib yang tidak seharusnya diketahui oleh orang lain.

Psikolog Joice Manurung menilai bahwa apa yang dilihat sehari-hari merupakan prinsip normatif. Tidak seharusnya aib diumbar dan diketahui oleh banyak orang, terutama aib yang sifatnya dapat menjatuhkan reputasi seseorang.

“Kita lihat dari prinsip normatif, kalau manusia itu punya beberapa jendela. Nah ada hal-hal yang dalam jendela diri manusia itu secara normal itu enggak boleh orang tahu kalau karena saya it lama di Jawa Barat, pamali, pantang kalau kata orang batak, artinya kenapa itu tidak diperbolehkan untuk dibuka karena itu bisa mengganggu kenyamanan, bukan hanya dirinya tapi karena kita makhluk sosial dan kita di Indonesia ini yang memang silaturahimnya kenceng ya, itu bisa menyinggung juga keluarga besar dan orang-orang terdekat,” ujar Psikolog Joice Manurung, dalam Podcast Bisik-Bisik Meja Bundar di Forum Keadilan Entertainment di Forum Keadilan TV, dikutip pada Jumat, 18/10/2024.

Aib diibaratkan seperti jendela, menurutnya jendela tersebut haruslah tertutup dan bukan terbuka hingga hal dianggap privasi tidak menjadi bahan konsumsi oleh publik.  Hal ini juga menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan bahkan bisa’digoreng’oleh siapapun.

“Nah itu yang menjadi menarik adalah ketika itu dibuka, publiknya malah seneng, mereka tuh dapat bahan yang bisa di otak-atik, digodok sedemikian rupa dan digoreng sehingga menjadi satu kenyamanan buat publik untuk membicarakannya,” jelasnya.

“Jangan salah, kadang kala tanda kutip yang disebut aib itu bisa jadi sebuah kebutuhan bagi orang tersebut. Kalau kita melihat manusia kan banyak hal sebenarnya tidak bisa diungkapkan, lebih banyak hal yang kita enggak bisa ekspresikan loh, daripada yang kita bisa ceritakan kepada orang lain ya baik dari kata-kata ataupun bahasa tubuh,” katanya

“Yang enggak terselesaikan atau enggak terungkapkan ini tersimpan umumnya. Nah kalau itu sifatnya menghancurkan harga diri, merendahkan kenyamanan, estim saya bilang ya, kemudian membuat reputasi itu hancur nah ini yang mungkin digolongkan dalam kata aib tadi,” lanjutnya.

Mengingat media sosial saat ini semakin maju, mereka yang mengumbar aib di ranah publik bisa dalam hitungan detik menjadi terkenal dan fenomena ini dianggap tidak lagi memalukan.

“Orang itu bisa terkenal dalam hitungan detik ya justru ini jadi sebuah perangkat yang awalnya itu tidak boleh diungkapkan, sekarang justru menjadi celah, oh ada, ada cara yang lebih mudah gitu, nah diekspose lah ini ke publik dan tidak lagi menjadi hal yang memalukan,” tambahnya.

Tidak sekedar pujian, mereka yang berani mengekspos aib itu juga mendapatkan keuntungan yang pada akhirnya menjadi sesuatu hal yang dinormalisasikan.

“Cuan ini justru yang semakin membuat orang merasa aib itu tidak apa-apa untuk dibuka. Jadi kalau ditanya apa itu aib sudah mulai bergeser definisinya, yang dulunya harusnya sesuatu yang menjadi milik pribadi privasi sekarang sudah boleh dinikmati oleh publik,” tuturnya.

“Jadi udah enggak ada batasannya sebenarnya apakah itu menjadi hal yang harus disimpan atau itu boleh dibuka,” imbuhnya.*