Saksi Ungkap Alasan PT Timah Putus Kerja Sama Sewa Smelter

FORUM KEADILAN – Staff Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) PT Timah Eko Juniarto Saputra mengungkap alasan perusahaan pelat merah itu mengakhiri kerja sama smelter dengan PT Refined Bangka Tin (RBT).
“Alasan pemberhentian kerjasama, bahwa perolehan bijih yang dikirim ke PT Timah sudah mengalami penurunan,” katanya di di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Rabu, 25/9/2024.
Eko mengatakan, selain perolehan bijih yang menurun alasan lainnya adalah PT Timah bisa mengolah sendiri bijih timah itu di Unit Metalurgi.
Eko juga menerangkan mengenai pertemuan dengan Harvey Moeis yang disinyalir perwakilan dari RBT. Katanya, pertemuan itu terjadi sebanyak empat kali di sebuah restoran mewah Sofia at Gunawarman di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“(Pertemuan pertama) Saya diajak Direktur Operasional Pak Alwin Albar. Diajak ketemu dengan pemilik smelter, di sana perwakilan dari PT Timah seingat saya ada Pak Reza, Alwin, saya, dan Nono Budi,” lanjutnya.
Dari smelter swasta yang bekerja sama dengan PT Timah, yakni PT RBT diwakili Harvey Moeis, CV Venus Inti Perkasa diwakili Tamron alias Aon.
Kemudian, PT Sariwiguna Bina Sentosa (SBS) diwakili Robert Indarto, dan PT Stanindo Inti Perkasa (SIP) diwakili Suwito Gunawan alias Awi.
“Setelah pertemuan pertama itu, saya disuruh membawa list bagian masing-masing produksi smelter. Data itu untuk pertemuan berikutnya,” ungkapnya.
Setelah itu, pertemuan kedua terjadi bulan Februari 2019 di tempat yang sama. Di sana, membahas mengenai progres produksi smelter swasta yang bekerja sama.
Di pertemuan ketiga, ada pembahasan mengenai perubahan tarif. Awal kontrak, PT RBT harus memenuhi kuota kerja sama sebesar 1200 metrix ton bijih timah. Namun, di kuartal 2019, RBT belum mampu memenuhi kuota tersebut.
“Di awal kontrak, RBT punya kuota nya 1200 ton. Namun, di kuartal 2019 belum sampai masih di bawah 1000 ton,” jelasnya.
Di antara pertemuan itu, turut dibahas mengenai tarif peleburan di awalnya US$4000 USD. Tetapi, di tahun 2019, ada penambahan biaya untuk pemurnian sebesar US$255.
Sehingga, untuk tagihan, PT Timah memberikan US$4255 kepada RBT untuk sewa smelter.
“Kemudian di pertemuan ketiga, mulai 1 Mei 2019 dilakukan penurunan tarif. Di mana, biaya pemurnian tidak dibayar. Jadi, bijih timah dimurnikan smelter tapi hasilnya tetap dikirim ke timah,” paparnya.
Lalu, di Juni 2019 tarif produksi diturunkan lagi dari US$4000 menjadi US$3600 ditambah dengan biaya pemurnian US$255.
Di bulan Agustus 2019, kembali dilakukan pertemuan penurunan tarif kembali dan di Juni 2019 diturunkan lagi dari US$3000 menjadi US$2800 ditambah biaya pemurnian US$255.*
Laporan Merinda Faradianti