Pesan Mahfud MD Untuk Prabowo: Jangan Terlena dengan Jokowi

Pengamat Politik Universitas Nasional Selamat Ginting dalam Podcast Dialektika Madilog Forum Keadilan di Forum Keadilan TV, pada Selasa, 10/9/2024. | Forum Keadilan TV
Pengamat Politik Universitas Nasional Selamat Ginting dalam Podcast Dialektika Madilog Forum Keadilan di Forum Keadilan TV, pada Selasa, 10/9/2024. | Forum Keadilan TV

FORUM KEADILAN – Kritikan keras yang akhir-akhir ini dilontarkan oleh mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjadi sorotan.

Bahkan Mahfud tak segan-segan menyebut Jokowi sudah tak dapat melakukan cawe-cawe politik lagi.

Bacaan Lainnya

Ia juga mengatakan walaupun Prabowo belum resmi dilantik menjadi Presiden, namun seluruh kekuasaan Presiden dan kewenangannya ada berada di tangan Prabowo hingga jalannya pun telah tertutup.

Pengamat Politik Universitas Nasional Selamat Ginting pun menilai bahwa apa yang terjadi dengan kritikan yang diberikan Mahfud dan situasi Jokowi seperti strategi pertandingan sepak bola dengan menunggu kapan munculnya aksi-aksi serangan balik demonstrasi kepada Jokowi.

“Sama seperti strategi dalam pertandingan sepak bola, kapan waktunya menyerang, kapan waktunya bertahan dan kapan mempermainkan bola untuk memperpanjang, mengulur-ulur waktu, ini sebuah strategi, sama seperti tadi, mengapa belum muncul juga nih serangan-serangan melalui demonstrasi,” ujar Selamat Ginting dalam Podcast Dialektika Madilog Forum Keadilan di Forum Keadilan TV, pada Selasa, 10/9/2024.

Ginting mengibaratkan perang gerilya yang dilakukan Mahfud seperti catenaccio.

Sebagai informasi, taktik catenaccio sendiri merupakan sebuah ciri khas dan juga tujuan utama dalam permainan sepak bola di Italia pada era 1960-an.

Catenaccio mengibaratkan menggiring bola dengan sistem grendel yang memainkan pertahanan yang berlapis sehingga tidak bisa dibobol oleh lawan. Strategi ini dimanfaatkan juga untuk menerobos dan melemahkan permainan lawan.

“Tentu juga akan dilihat dalam perang gerilya biasanya begitu, kalau musuh kuat maka dia bersembunyi, begitu musuh lengah baru dia menyerang, catenaccio kalau kata sepak bolanya Italia, itu dia bertahan sangat kuat tapi ketika ada momen serangan balik, serangan balik dilakukan dengan pola total Football semuanya menyerang,” jelasnya.

Menurut Ginting, hal ini juga dapat dalam pola politik yang dilakukan oleh Jokowi saat ini.

“Ini tentu akan dilihat bahwa bagaimana pola politik Jokowi, tentu kalau dalam sepak bola, sebelum peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan semuanya masih bisa terjadi, termasuk apa yang anda kemukakan tadi bahwa Prof Mahfud MD sekarang sudah mulai menyerang karena waktunya tinggal sebulan lagi,” katanya.

“Perspektif yang harus dipahami dari Prof Mahfud adalah beliau ini guru besar hukum tata negara, jadi soal aturan main, aturan main hukum tata negara, walaupun beliau juga masternya ilmu politik jadi dia menggabungkan dua ilmu,” lanjutnya.

Di samping itu, dalam pandangannya Ginting masih ada pertarungan yang belum selesai dan adanya sebuah pesan yang ingin diberikan oleh Mahfud kepada Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.

“Kalau saya tentu dari perspektif ilmu politik dan juga komunikasi politik, dimana saya berkuliah di dua bidang itu, tentu saya melihat bahwa ini ada pertarungan, pertarungan belum selesai hingga terakhir, yang ingin Mahfud pesankan menurut saya adalah mengingatkan kepada Prabowo bahwa anda jangan terlena dengan Jokowi,” ungkapnya.

Namun di sisi lain, puja-pujian yang diberikan oleh Prabowo kepada Jokowi sama halnya ketika adanya peralihan kekuasaan yang dilakukan oleh Presiden-presiden terdahulu.

Mikul duwur mendem jero yang mengartikan cerminan dari etika sosial dalam budaya Jawa, yang berarti menjunjung tinggi kehormatan keluarga, harga diri, dalam penguatan jati diri seseorang beserta menggambarkan rasa hormat atau patuh kepada orang lain.

Ginting menilai bahwa cerminan etika sosial dalam budaya Jawa ini lah yang digunakan oleh Prabowo kepada Jokowi untuk menutupi rasa cemasnya ditengah peralihan masa pemerintahan baru.

“Tentu dalam 4-5 hari kemarin ada pernyataan Prabowo yang memuji Jokowi setinggi langit begitu ya, itu memang etika pergaulan sebagaimana juga Presiden-presiden sebelumnya waktu peralihan kekuasaan, tentu kita bisa melihat Presiden Soeharto pada saat menjabat menjadi pejabat Presiden, kepada Bung Karno juga begitu, jadi mikul duwur mendem jero gitu menempatkan sang pendahulu di tempat yang terhormat begitu ya, tidak ingin ditonjolkan kegusaran dia bahwa tidak setuju dengan pola-pola yang dilakukan Presiden Soekarno juga sama dengan sekarang Presiden terpilih Prabowo juga sesungguhnya gusar terhadap Presiden Jokowi, tapi dia tidak ingin menunjukkan itu melalui wajahnya, melalui mulutnya,” pungkasnya.*

Pos terkait