FORUM KEADILAN – Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus mengatakan didepan para pemimpin Papua Nugini bahwa sumber daya alam yang melimpah harus menguntungkan “seluruh komunitas”.
Paus Fransiskus juga menyerukan soal perlakukan yang lebih baik terhadap pekerja di Papua Nugini, negara dengan 600 pulau di Pasifik Barat Daya yang target utama perusahaan-perusahaan internasional untuk gas, emas, dan cadangan lainnya.
Diketahui, Paus yang berkunjung ke Papua Nugini sebagai bagian dari perjalanan 12 hari ke empat negara, menyebut sumber daya alam Papua Nugini “ditakdirkan oleh Tuhan untuk seluruh masyarakat.”
“Bahkan jika para ahli dari luar dan perusahaan-perusahaan internasional besar harus terlibat dalam pemanfaatan sumber daya ini, sudah sepantasnya kebutuhan masyarakat setempat diberikan pertimbangan yang semestinya ketika mendistribusikan hasil dan mempekerjakan pekerja,” ucap Paus Fransiskus pada Sabtu, 7/9/2024.
“Itu untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka,” ia menegaskan.
Ia juga menekankan bahwa sumber daya alam harus dikembangkan secara berkelanjutan.
“Meningkatkan kesejahteraan semua orang, tidak mengecualikan siapa pun, melalui… kerja sama internasional, saling menghormati, dan perjanjian yang menguntungkan semua pihak,” ujarnya.
Sebagai informasi, Papua Nugini mempunyai beberapa endapan emas terbesar yang diketahui dan merupakan pengekspor utama gas alam dan minyak.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) James Marape 2019 telah berupaya meningkatkan manfaat lokal dari proyek-proyek yang dilakukan oleh konglomerat internasional, seperti Exxon Mobil Corp XOM.N dan Newcrest Mining.
Pembaruan ekonomi pada Mei 2024 mengatakan pertumbuhan di negara tersebut hanya 2,7 persen tahun lalu. Bank Dunia menyebut negara tersebut mengalami “krisis modal manusia,” dengan hampir setengah dari anak-anak menunjukkan pertumbuhan yang terhambat.
Dalam pidatonya kepada otoritas politik di Papua Nugini, Paus juga menyampaikan seruan soal sepenuh hati untuk mengakhiri rentetan kekerasan etnis yang telah menewaskan puluhan orang dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagai rumah bagi ratusan suku, Papua Nugini mempunyai sejarah panjang perang etnis. Serangan kekerasan di tiga desa terpencil pada bulan Juli kemungkinan telah memakan korban jiwa sedikitnya 26 orang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ketika Paus Fransiskus ketika di sana menyebutkan bahwa “harapan khususnya adalah kekerasan suku akan berakhir”.
Ia mengatakan bahwa dia memohon “rasa tanggung jawab setiap orang untuk menghentikan spiral kekerasan dan sebagai gantinya dengan tegas memulai jalan yang mengarah pada kerja sama yang bermanfaat”.
Paus menyerukan “solusi definitif” untuk status Bougainville, pulau terbesar di Kepulauan Solomon. Kini adalah wilayah otonomi Papua Nugini, pulau tersebut memilih kemerdekaan dengan suara mayoritas pada tahun 2019.
Tetapi, kebuntuan politik selama bertahun-tahun di parlemen PNG sudah menghentikan proses ratifikasi pemungutan suara.
Sebagai negara yang luas dengan pegunungan, hutan, dan sungai, Papua Nugini diperkirakan memiliki populasi antara 9 juta hingga 17 juta jiwa. Vatikan memperkirakan ada sekitar 2,5 juta umat Katolik di negara tersebut.
Diberitakan, Paus Fransiskus mendarat di PNG pada Jumat, 6/9/2024 malam, setelah melakukan perjalanan ke Indonesia, dan akan tinggal di sana hingga Senin, 9/9/2024. Lalu, akan mengunjungi Timor Leste dan Singapura sebelum kembali ke Roma pada 13 September.
Perjalanan apostolik ini akan menjadi perjalanan terlama.
Walaupun pidato Paus Fransiskus menyentuh isu-isu serius, dirinya menunjukkan beberapa humor seperti memperhatikan jumlah bahasa yang digunakan di seluruh Papua Nugini dan mengatakan keberagaman ekspresi sangat membuatnya terpesona.
“Saya membayangkan bahwa keberagaman yang sangat besar ini merupakan tantangan bagi Roh Kudus, yang menciptakan keharmonisan di tengah perbedaan!” kata Paus.*