FORUM KEADILAN – Rabithah Alawiyah membantah tuduhan bahwa mereka mendesak Mabes Polri untuk membatalkan diskusi nasab di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, yang akan diselenggarakan pada Selasa, 10 September 2024.
Sekretaris Jenderal Rabithah Alawiyah Habib Muhammad Muhdar Alhamid mengatakan bahwa Rabithah Alawiyah justru mendukung penuh terselenggaranya diskusi nasab di UIN Walisongo.
Hal ini dibuktikan dengan kedatangan langsung perwakilan Rabithah Alawiyah ke UIN Walisongo untuk menerima tantangan jika Kyai Imaduddin ingin berdebat secara ilmiah di UIN Walisongo.
“Oh tidak, kami justru membawa perwakilan dan surat resmi langsung ke UIN Walisongo, ini bukti bahwa kami menerima tantangan untuk berdialog,” kata Muhdar kepada Forum Keadilan, Jumat, 6/9.
Muhdar juga mengatakan bahwa pihak Rabithah Alawiyah tidak mengetahui motif pembatalan acara seminar nasab tersebut.
Sebelumnya, polemik nasab atau silsilah habaib viral di media sosial dan memicu kegaduhan publik.
Polemik ini bermula dari argumen Kyai Imaduddin asal Kresek, Tangerang, yang menyatakan bahwa para Habaib atau keluarga Ba’alawi bukanlah keturunan Nabi Muhammad. Pernyataan ini dibantah oleh Rabithah Alawiyah, organisasi yang menghimpun silsilah keturunan habib hingga ke Nabi Muhammad.
Polemik yang awalnya bersifat akademis berubah menjadi gerakan sosial ketika Kyai Imaduddin dan Gus Abbas asal Buntet, Cirebon, mendirikan Laskar Perjuangan Wali Sembilan (PWI) Sabililah. Bentrokan fisik pernah terjadi antara pendukung Kyai Imaduddin dan pendukung Habaib di Gresik, Karawang, dan Tangerang.
Habib Muhammad Rizieq Shihab dan keluarga keturunan Walisongo turut terseret dalam konflik nasab ini.
Untuk menengahi konflik, UIN Walisongo berencana mengadakan diskusi publik bertema ‘Migrasi, Agama, dan Peran Sosial Keagamaan Klan Ba’alwi di Indonesia’ pada Selasa, 10 September mendatang. Namun, mempertimbangkan potensi konflik besar, Mabes Polri meminta agar diskusi tersebut dibatalkan.*
Laporan Reynaldi Adi Surya