FORUM KEADILAN – Airlangga Hartarto lengser dari kursi Ketua Umum (Ketum) Golkar. Kini, publik mempertanyakan sosok pemimpin penerus partai berlambang Pohon Beringin itu.
Beberapa nama, seperti Agus Gumiwang, Bahlil Lahadalia, hingga Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka diisukan bakal menggantikan Airlangga.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin, mengatakan saat ini calon pemimpin Golkar tidak tergantung pada banyaknya suara dukungan dari kader internal.
“Ya sebenarnya bukan siapa yang mendapatkan dukungan, tetapi skema dari skenarionya terlihat Bahlil yang sudah disiapkan. Yang akan ditetapkan sebagai ketua umum,” katanya kepada Forum Keadilan, Minggu, 18/8/2024.
Akan tetapi, kata Ujang, bukan tidak mungkin masih nanti secara tiba-tiba Gibran yang justru menjadi Ketum Golkar, sesuai dengan permintaan Jokowi.
“Tatapi saat ini Bahlil yang terlihat disiapkan untuk menjadi Ketum, kalau Agus Gumiwang kan tidak mau maju dari pidatonya,” ujarnya.
Ia melihat saat ini sosok Agus Gumiwang hanya menjadi jembatan untuk menyiapkan Bahlil atau Gibran untuk menjadi Ketum.
“Tapi kalau Gibran sangat merugikan Golkar, karena bukan pengurus, dan tidak pernah menjadi pengurus sesuai AD/ART. Kalau itu diubah, ya mungkin bisa Gibran untuk menjadi Ketum,” terangnya.
Kendati begitu, jika AD/ART nya disesuai dengan yang saat ini berlaku, maka sosok Bahlil Lahadalia yang bisa dikatakan siap untuk menjadi Ketum Golkar.
Namun, selain Bahlil dan Gibran, tidak menutup kemungkinan sosok Jokowi pun bisa menjadi Ketum Golkar selanjutnya.
“Tapi mungkin juga, kalau tidak Gibran ya, Jokowi. Tapi kalau langsung Jokowi jadi Ketum itu terlalu kasar,” sambung Ujang.
Sama halnya dengan Gibran, Jokowi pun dinilai bisa merugikan Golkar karena tidak pernah menjadi kader atau pengurus.
“Tau-tau jadi Ketum, walaupun AD/ART-nya bisa diubah itu menjadi sebuah pengkhianatan terhadap demokrasi,” katanya.
Apalagi, kata Ujang, Jokowi sendiri mengaku tidak perah cawe-cawe untuk menjadi ketum partai.
“Apa kata dunia, kalau Jokowi jadi Ketum. Kalau pun Gibran yang jadi Ketum sama juga, apa kata dunia,” tuturnya.
Meski seperti itu, kalau pun Bahlil yang menjadi Ketum, maka akan tetap sama. Sebab, Menteri Investasi tersebut akan menjadi kepanjangan tangan politik dari Jokowi melalui Golkar.*
Laporan Novia Suhari