FORUM KEADILAN – Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini sudah menyimpang dari visi-misi awal berdiri.
Jazilul menyebut bahwa sebenarnya PKB lahir dari rahim NU. Oleh karena itu, seharusnya dapat saling bersinergi, bukan justru saling mengintervensi.
“PKB itu didirikan oleh partai ulama yang difasilitasi oleh PBNU pada saat itu, bukan PBNU hari ini. Kalau PBNU hari ini lebih banyak menyimpang dari khittah Nahdlatul Ulama, menyimpang dari khittah 1926 sebagai ormas keagamaan. PBNU mulai menyimpang ketika membentuk tim untuk mengambil alih sebuah partai,” ujar Jazilul di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Senin, 12/8/2024.
Wakil Ketua MPR RI itu menjelaskan perbedaan cara kerja antara PKB sebagai partai politik berbasis Islam Ahlussunnah Waljamaah dengan NU sebagai ormas keagamaan. Menurut Jazilul, hal ini perlu dipahami dengan baik agar ke depan tidak terjadi tumpang tindih.
“Visi keulamaan dimasukkan di dalam tugas mandat perjuangan politik, itu lah PKB. Makanya PKB ini menjadi partai yang hari ini alhamdulillah menjadi partai nasional yang berhaluan Al-Sunnah wa’l-Jama’ah terbesar di Indonesia,” ujarnya.
“Sementara PBNU visi keulamaan juga tapi visi keulamaan dengan cara membangun madrasah, membangun pondok pesantren, membangun sarang-sarang keumatan lainnya,” tegasnya.
Oleh karena itu, Jazilul khawatir polemik tersebut akan merusak pilar demokrasi, sehingga partai politik tidak lagi bekerja untuk rakyat, melainkan berdasarkan pesanan.
“Entah fenomena apa ini, ormas dan partai terkadang saling intervensi. Ini semacam the parpolisasi. Fenomena ini akan membuat tumpang tindih sekaligus merusak pilar demokrasi kita. Hilang independensinya,” pungkasnya.*
Laporan Muhammad Reza