Selasa, 08 Juli 2025
Menu

Menjelang Peralihan Presiden, Jokowi Minta Jatah ke KIM?

Redaksi
Pengamat Politik Universitas Nasional (UN) Selamat Ginting, dalam Podcast Dialektika Madilog di Forum Keadilan Sabtu, 10/8/2024. | YouTube Forum Keadilan
Pengamat Politik Universitas Nasional (UN) Selamat Ginting, dalam Podcast Dialektika Madilog di Forum Keadilan Sabtu, 10/8/2024. | YouTube Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Belakangan ini marak soal isu kotak kosong di Pilkada serentak 2024 di sejumlah wilayah seperti di Jakarta, Sumatra Utara (Sumut), Jawa Tengah (Jateng) hingga Banten. Sejumlah kontestasi di provinsi tersebut diisi oleh keluarga Jokowi maupun kerabatnya dan mendapatkan ‘Jokowi Effect‘.

Salah satunya ada menantu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution yang telah mengantongi dukungan dari Partai politik (parpol) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) termasuk yang terbaru yakni NasDem, PKB dan PKS untuk maju berlaga di Pilkada Sumut 2024.

Menurut Pengamat Politik Universitas Nasional (UN) Selamat Ginting, dalam Podcast Dialektika Madilog di Forum Keadilan, Ia menilai bahwa hal tersebut bukanlah lagi ‘Jokowi Effect’ karena sudah menjelang peralihan kekuasaan, tetapi melainkan Jokowi meminta ‘jatah’ kepada KIM.

“Oh tidak, jadi ini kan eranya menjelang peralihan kekuasaan. Awalnya memang Jokowi, paling tidak Jokowi tuh minta jatah, menurut saya,” ujar Selamat Ginting dalam Podcast Dialektika Madilog di Forum Keadilan, Sabtu, 10/8/2024.

Ia juga menjelaskan bahwa Jokowi yang meminta jatah ke KIM dapat dilihat dari komposisi plot dalam mengusung sosok-sosok yang akan maju di Pilkada 2024 mendatang.

“Minta jatah ke Koalisi Indonesia Maju, ‘Jawa Tengah itu jatah gue’. Kira-kira, itu wilayah kekuasaannya, kemudian Sumatra Utara wilayah ku’ karena ada menantu. Bisa dari dilihat komposisinya bagaimana dia memplot Komjen Luthfi di Jawa Tengah dan Koalisi Indonesia Maju mendukung itu kan? jelasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menyatakan bahwa Partainya telah memutuskan untuk mengusung Komjen Pol. Ahmad Luthfi sebagai calon gubernur (cagub) di Pilgub Jateng.

Diketahui, Luthfi adalah sosok yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Jokowi. Hubungan keduanya terjalin dengan baik sejak Luthfi bertugas sebagai Wakil Kapolres Solo pada tahun 2011.  Saat itu Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo. Pada 2015, Markas Besar Polri mempromosikan Ahmad Lutfhi menjadi Kapolres Solo dan saat itu Jokowi sudah menjabat sebagai Presiden,

Pada 2017 ia mendapatkan promosi menjadi Analisis Kebijakan Madya Bidang Sosial Budaya Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Polri. 2018 menjadi Wakil Kapolda Jateng dan 2020 menjadi Kapolda Jawa Tengah. Kini Luthfi menyandang pangkat Irjen atau Jenderal bintang dua Polri.

“Luthfi ini kan empat tahun lebih menjadi Kapolda Jawa Tengah, jadi dia sudah start sejak empat tahun yang lalu. Itu rekor, belum pernah ada di era reformasi ini Kapolda menjabat sampai empat tahun lebih. Jadi orang yang sudah dipersiapkan,” katanya.

“Sehingga kalau melihat Jokowi itu, tidak ada tuh, semua keputusan tiba-tiba, engga, itu sudah perencanaan jauh. Paling tidak lima-enam tahun sudah direncanakan jauh hari. Sama dengan Sumatra Utara, Bobby Nasution yang kebetulan menantunya. Maka semua juga KIM mendukung. Ini masih lanjutan pertarungan Jokowi dan PDIP,” lanjutnya.

Menurut Selamat Ginting, Jokowi yang meminta ‘jatah’ di dua provinsi bisa ada kemungkinan Kaesang ditempatkan di Jawa Tengah untuk mendampingi Luthfi sebagai Wakil Gubernur (Wagub).

“Maka menurut saya juga Kaesang akan ditempatkan disini, Wakil Gubernur di Jawa Tengah untuk mendampingi Luthfi. Bisa saja kemudian dalam perkembangan nanti, Luthfi ditarik ke Jakarta, ke Kabinet, maka Kaesang menjadi Gubernur,” pungkasnya.*