Minggu, 13 Juli 2025
Menu

Ungkap Pentingnya Imunisasi, IDAI Harap PIN Putaran Kedua 6-12 Agustus Meningkat

Redaksi
Pakar Respirologi dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) (Kiri), dan Ketua Pengurus IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) di Gedung IDAI, Jakarta Pusat, Selasa, 23/7/2024 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Pakar Respirologi dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) (Kiri), dan Ketua Pengurus IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) di Gedung IDAI, Jakarta Pusat, Selasa, 23/7/2024 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berharap Pekan Imunisasi Nasional (PIN) putaran kedua yang jatuh pada 6-12 Agustus 2024 mendatang bisa meningkatkan cakupan polio pada anak.

“Sebetulnya PIN ini adalah cerminan bahwa imunisasi kita belum sukses, kalau sukses kita 2014 sudah dinyatakan bebas polio. Namun nyatanya berbagai kasus muncul kembali, maka dilakukan PIN ini,” kata Ketua Pengurus IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) kepada wartawan dalam Perayaan Hari Anak Nasional, di Gedung IDAI, Jakarta Pusat, Selasa, 23/7/2024.

Oleh karena itu, Piprim mengatakan, dengan adanya imunisasi serentak di seluruh Indonesia, orang tua dapat melengkapi imunisasi rutin.

“Kita sudah melihat bahwa bagaimana ketika imunisasi ini cakupannya tinggi, penyakit-penyakit itu bisa dicegah dan dikendalikan dengan baik,”ujarnya.

Namun sebaliknya, kata Piprim, jika cakupan imunisasi turun di bawah 60 persen, Kejadian Luar Biasa (KLB) akan muncul kembali.

“Hal ini kan menjadi repot ya,” ucapnya.

Piprim menuturkan, penurunan cakupan imunisasi saat ini disebabkan oleh pandemi beberapa waktu lalu.

“Di antaranya adalah faktor pandemi, kemarin kita juga lihat bagaimana turunnya cakupan itu signifikan dan belum recovery hingga saat ini,” tuturnya.

Tapi di samping itu juga, kata Piprim, penurunan cakupan imunisasi diakibatkan berita simpang siur dari media sosial.

“Ini banyak isu yang beredar terkait dengan KIPI dan halal-haram. Masyarakat juga kadang lebih percaya dengan WhatsApp grup daripada yang disampaikan oleh pakar. Jadi saya kira kegalauan masyarakat pada vaksinasi ini harus dibayar mahal, karena masyarakat galau masal, cakupan juga menurun di bawah 60 persen,” katanya.

Faktanya, jelas Piprim, penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi ialah penyakit berbahaya serta menular, yang dapat berakhir dengan cacat atau kematian.

Oleh sebab itu, Piprim mengimbau agar semua pihak, terutama orang tua, menyadari pentingnya imunisasi. Hal ini mendorong penurunan angka polio pada anak, yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan merugikan keluarga.

“Upaya pencegahan ini pertama murah dan hemat biaya, dan yang tidak bisa dibayar itu ketika sudah terkena penyakitnya seperti lumpuh dan polio, itu kan tidak bisa dinilai dengan rupiah,” tandasnya.*

Laporan Novia Suhari