Ekonom Ungkap Biang Kerok Harga Sayur dan Palawija Anjlok

FORUM KEADILAN – Di beberapa pasar daerah Indonesia, terjadi penurunan harga sayur dan palawija yang cukup signifikan. Biasanya, untuk sayur sawi dan ketela pohon (singkong) di pasar Lampung Barat ada di harga Rp1 ribu per kilo.
Tiga bulan sebelumnya harga sayur dan palawija tersebut berkisar Rp3.500 per kilo. Sedangkan saat ini, harga sayur dan palawija tersebut di pasar yang sama hanya dihargai Rp300 per kilo.
Penurunan yang signifikan tersebut disinyalir disebabkan karena adanya indikasi permainan harga di tingkat tengkulak. Ekonom Partai Buruh Gede Sandra mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya harga di tingkat petani.
“Faktornya, apakah terjadi produksi sayur yang berlebih. Kemudian, permainan di level tengkulak, karena tengkulak sengaja memainkan barang dengan cara mengklaim harga pasar sedang turun. Lalu, memang daya beli masyarakat yang kurang,” katanya kepada Forum Keadilan, Kamis, 18/7/2024.
Menurut Gede, rendahnya harga sayur dan palawija di beberapa pasar tradisional disebabkan karena daya beli masyarakat yang turun. Hal itu terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan terjadi deflasi 2 bulan berturut-turut.
Lalu, data yang dirilis Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) yang menyatakan penjualan kendaraan bermotor menurun drastis sebanyak 20 persen.
Serta data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mengatakan terjadi penyusutan nominal tabungan masyarakat di level Rp100 juta.
“Saya melihat karena memang daya beli masyarakat turun. Jika ini terjadi, kerja pemerintah lebih berat. Jadi memang harus melakukan tindakan melalui kebijakan ekonomi. Misal dilakukan program bantuan langsung kepada masyarakat,” jelas Gede.
Kata Gede, bantuan langsung kepada masyarakat harus diperlebar atau ditambah. Hal itu dimaksudkan untuk membantu kerugian keluarga petani yang merugi karena anjloknya harga sayur di pasaran.
Biasanya, bantuan langsung hanya diberikan kepada masyarakat miskin. Tetapi, karena anjloknya harga sayur dan membuat petani merugi, pemerintah perlu memasukkan masyarakat petani untuk mendapatkan bantuan tersebut.
“Mungkin pemerintah harus menambah alokasi dana untuk bantuan kepada masyarakat, karena memang petani punya tanah tapi tetap merugi karena anjloknya harga, sehingga saya berpendapat alokasi untuk IKN misalnya, ditambahkan ke bantuan langsung ke masyarakat,” ungkap Gede.
Gede berharap, pemerintah bisa mengambil langkah tegas untuk membantu keluarga petani di pasar tradisional.*
Laporan Merinda Faradianti