Jumat, 04 Juli 2025
Menu

Respons Sri Mulyani saat Banyak Orang Minta Kuliah Gratis

Redaksi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati | Instagram @smindrawati
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati | Instagram @smindrawati
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku bahwa mendapatkan banyak permintaan dari orang-orang yang meminta agar pendidikan di Indonesia sampai perguruan tinggi gratis seperti di negara Nordik.

Tetapi, tak banyak yang tahu bahwa di balik kebijakan tersebut ada pajak yang diterapkan sangat tinggi.

Sri Mulyani menyebut bahwa pajak yang diterapkan di negara tersebut bisa sampai 70%. Oleh maka itu, menurut dirinya, tak ada yang benar-benar gratis di dunia karena pasti ada saja yang perlu dibayar lebih mahal.

“Saya jadi Menteri Keuangan tuh sering juga orang-orang menyeletuk ‘mbok ya kayak Nordic Country itu lho, segala macam bebas sampai perguruan tinggi, dari lahir sampai perguruan tinggi dia nggak perlu bayar apa-apa. Memang anak itu nggak bayar, yang bayar itu orang tuanya, tax-nya bisa 65-70% dari income mereka,” ujar Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Jesuit Indonesia di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Kamis, 30/5/2024.

“Aku pernah punya teman di Bank Dunia, dia dari Finlandia. Saya tanya, how much tax you pay? Oh, around 70%. Jadi kalau kamu dapat US$ 100 ribu, kamu cuma dapat US$ 30 ribu? Iya,” lanjutnya.

Sri Mulyani mengatakan bila ingin jaring pengaman sosial adalah pendidikan gratis sampai perguruan tinggi memerlukan untuk membayar pajak yang lebih besar.

“Orang anggap itu semuanya gratis, nggak ada yang bayar. Di dunia nggak ada yang gratis, pasti ada yang bayar. Dalam hal ini, if you want to create social safety net seperti di Nordic Country, then you have prepare for a very big high income tax,” jelasnya.

Menurutnya, kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu risiko terbesar bagi Indonesia. Jika kualitas SDM tidak ditingkatkan yang justru akan menjadi beban negara.

“Kalau kita lihat risiko bagi Indonesia yang paling besar tetap pada kualitas SDM-nya. SDM itu potensi karena Indonesia demografinya muda, tapi dia bisa menjadi risiko liability pada saat SDM-nya tidak ditingkatkan. Makanya kita selalu debat, bagus bicara tentang kesehatan, pendidikan, jaminan sosial. Pada saat demografi kita masih muda, debat itu menurut saya baik dan sehat,” pungkasnya.*