Aktivis 98: Era Pemerintahan Jokowi Serasa Suasana Orde Baru

Aktivis 98 Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta Djulayha (Ijul) dalam program Menolak Lupa Forum Keadilan, di kantor Forum Keadilan, Juanda, Jakarta Pusat, Selasa, 16/1/2024 | Ari Kurniansyah/Forum Keadilan
Aktivis 98 Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta Djulayha (Ijul) dalam program Menolak Lupa Forum Keadilan, di kantor Forum Keadilan, Juanda, Jakarta Pusat, Selasa, 16/1/2024 | Ari Kurniansyah/Forum Keadilan

FORUM KEADILAN – Aktivis ’98 Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta Djulayha menilai, situasi saat ini serupa dengan 25 tahun lalu semasa reformasi. Menurutnya, perjuangannya sebagai aktivis belum terjadi karena masih kentalnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

“Situasi hari ini sama dari apa yang dulu pernah kita perjuangkan. Ini belum terwujud semua jika kita lihat dari sisi KKN-nya, saya prihatin melihat kondisi seperti ini, dan tidak percaya lagi dengan pemerintah,” ucap wanita yang kerap disapa Ijul itu dalam program Menolak Lupa Forum Keadilan di kawasan Juanda, Jakarta Pusat, Selasa, 16/1/2024.

Bacaan Lainnya

Ijul melanjutkan, hal itu dapat dibuktikan dengan sikap dari Jokowi yang membiarkan anak kandungnya, Gibran Rakabuming Raka, maju dalam kontestasi Pilpres 2024 sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Dengan demikian, Ijul menilai cara Jokowi kotor dan serupa dengan masa pemerintahan Soeharto. Pasalnya, kata Ijul, cara Jokowi tersebut pernah diperjuangkannya dulu dalam menolak sistem pemerintahan itu.

“Pak Jokowi anaknya maju sebagai calon wakil presiden, menantunya sudah Wali Kota, itu dibiarkan seperti itu. Masyarakat nanti menilainya seperti apa, ini telanjang sekali, justru kami menolak seperti ini, seperti zaman dulu lagi pada masa Soeharto,” ujarnya.

Ijul mengungkapkan bahwa dirinya merasa gagal atas apa yang pernah diperjuangkan saat masa reformasi tahun 1998.

Ijul mengatakan, hal itu bukan saja bersumber dari sisi Jokowi, melainkan para aktivis ’98 yang sudah terlena dibangku pemerintahan. Hal itu, lanjut Ijul, sungguh jauh berbeda dengan apa yang dirasakan aktivis ’98 lainnya yang tetap berada di luar pemerintahan.

“Kita gagal, teman-teman yang di Kejaksaan banyak membiarkan hal itu, setuju dengan hal itu, mereka lupa dengan apa yang kita perjuangkan. Mungkin sudah nyaman di sana saat ini, berbeda dengan yang tidak di kursi pemerintahan,” tegasnya.

“Gagal dalam sebagian isu yang diperjuangkan,” sambungnya.

Lebih lanjut, Ijul juga menyinggung fenomena gerakan mahasiswa saat ini yang membagikan selebaran yang bertuliskan menolak politik dinasti. Tindakan tersebut, kata Ijul, merupakan satu tindakan perlawanan terhadap sang penguasa pemerintahan.

Ijul mengira, apa yang dilakukan mahasiswa tersebut karena berharap situasi Orde Baru tidak terjadi lagi.

“Fenomena gerakan mahasiswa saat ini membagikan selebaran politik dinasti, ini ingin melawan. Harapan mereka mungkin Orde Baru tidak terjadi lagi,” imbuhnya.

Ijul memberikan petuah kepada anak-anak aktivis dan mahasiswa zaman ini untuk tetap semangat dalam spirit perjuangan serta harus tetap sama seperti aktivis ’98 lalu.

“Harapan untuk anak-anak aktivis mahasiswa yang berjuang saat ini tetap semangat dan terus berjuang jangan sampai melemah. Spirit perjuangan harus tetap sama, dan harus lebih gigih dari perjuangan sebelumnya,” tutupnya.*

Laporan Ari Kurniansyah

Pos terkait