Ucapan Duka Ekonom Gede Sandra untuk Rizal Ramli: Selamat Jalan Negarawan

Rizal Ramli
Rizal Ramli | Ist

FORUM KEADILAN – Ekonom Partai Buruh Gede Sandra mengungkapkan belasungkawa atas meninggalnya mantan Menteri Keuangan Indonesia Rizal Ramli. Diketahui, Rizal Ramli meninggal dunia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Selasa 2/1/2024 19.30 WIB.

Gede yang juga merupakan salah seorang murid Rizal Ramli mengaku kaget dengan kabar meninggalnya ekonom senior tersebut. Gede menyebut gurunya itu sebagai negarawan, untuk menggambarkan bagaimana sosok Rizal Ramli.

Bacaan Lainnya

“Negarawan, mungkin bagi saya itu salah satu julukan yang dapat mewakili gambar sosoknya. Selain ekonom tentunya. Untuk bidang yang disebut belakangan ini, saya sangat berterima kasih atas bimbingannya selama se-dasawarsa ke belakang,” katanya, Rabu, 3/1/2024.

Gede pun bercerita, beberapa bulan sebelum kepergian Rizal, dirinya sempat mendapatkan pesan singkat. Waktu itu, Gede mendapatkan balasan ‘it’s time’ untuk merespons pertanyaannya kenapa belakangan Rizal terlihat kurus.

Gede sempat merasa khawatir. Lalu, ketika mendapat kabar Rizal menghembuskan napas terakhirnya, Gede merasa balasan pesan singkat beberapa waktu lalu adalah jawaban mengenai waktu kepulangan gurunya.

“Bagaikan dentuman baja yang menghantam memori saya. Seperti kebetulan, sehari sebelum mendengar kabar lelayu ini, di pinggir danau di Utara bumi, sempat saya bergumam di tengah kesepian, yang datang pasti akan pergi, yang hidup pasti akan mati. Itu lah sebenarnya hukum kehidupan,” lanjutnya.

Gede menggambarkan sosok Rizal adalah pria yang tidak mudah menyerah meskipun pada akhirnya dipaksa badannya untuk menyerah. Dulu, Gede pernah bertanya mengenai satu hal yang berhubungan dengan ideologi ekonomi kepada Rizal.

“Apakah Abang seorang Keynesian? Dia menjawab saya lebih ke Schumpeterian, Gede,” ungkapnya menirukan percakapan dengan Rizal.

Seperti diketahui, Keynes adalah Bapak dari Ilmu Makro Ekonomi. Sedangkan Schumpeter adalah Ekonom Eropa yang menyumbang pemikiran tentang Destruksi Kreatif.

Rizal di mata Gede merupakan sosok yang sering mengkritisi paham neoliberal. Ia sering mengkritik pejabat dengan kebijakan yang dihasilkannya.

Seperti, Rizal pernah mengkritik Menteri Keuangan Sri Mulyani, kemudian Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan.

“Yang dikritik bukan pribadinya tadi kebijakan yang dihasilkan. Jelas mereka berdua adalah teman lama yang akrab. Bang RR (sapaan akrab Rizal Ramli) kerap bercerita bahwa dia sangat sering mendapatkan pesan WhatsApp dari Menko Luhut. Meskipun bila di depan publik keduanya tampak berpolemik keras,” papar Gede.

Rizal juga dijuluki sebagai orang pergerakan. Dia bermimpi nilai-nilai para pejuang di era Revolusi Kemerdekaan tahun 1945 menjadi teladan bagi para politisi di era sekarang. Meskipun kenyataannya saat sekarang ini masih sangat jauh dari mimpinya tersebut.

Gede menuturkan, yang membedakan Rizal dengan ekonom lainnya adalah mimpi intelektualitasnya agar Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen. Sementara, banyak ekonom yang percaya angka pertumbuhan ekonomi yang lebih konservatif, dari 5-7 persen.

Rizal di beberapa kesempatan juga pernah bercerita mengenai kesuksesan negara-negara Asia yang mampu meraih pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen. Seperti diketahui bahwa semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin cepat naik pendapatan masyarakat.

“Sangat sering dia menasehati kami, setiap kita mengkritik harus selalu ada solusinya. Ini yang paling menarik. Banyak aktivis yang mempertanyakan, kenapa harus pakai solusi. Bukankah pejabat itu sudah digaji untuk mencari solusinya. Tapi dia tetap memberikan solusi di tengah kritiknya. Ini lah mungkin yang merupakan ciri negarawan sejati. Setajam apa kritiknya, selalu ada jalan keluar kebijakan. Ini lah baginya yang terbaik bagi bangsa menurutnya,” jelasnya.

Rizal menjadi salah satu tokoh yang memperjuangkan berdirinya BPJS Kesehatan, pondasi dari Welfare State. Lalu, dia juga ada bersama para aparatur desa yang memperjuangkan dana desa.

“Memang ini sudah waktunya. Pergi lah dengan tenang. Bermain-main lah. Bersenang-senang lah. Dan juga berdebat lah dengan rekan-rekan sesama orang pergerakan di alam sana yang sudah lebih dahulu menunggumu. Nanti akan ada waktunya juga, bagi kami, untuk menyusul kalian semua,” tutupnya.*

Laporan Merinda Faradianti

Pos terkait