Kondisi Gaza Terkini, Israel Serang RS Kanker Terakhir hingga Netanyahu Tolak Gencatan Senjata

Kondisi di Gaza, Palestina | BBC
Kondisi di Gaza, Palestina | BBC

FORUM KEADILAN – Genosida di Gaza yang dilakukan oleh Israel makin mengkhawatirkan. Hingga hari ke-24 pada Selasa, 31/10/2023, Israel terus meningkatkan gempuran ke Gaza dan Tepi Barat di tengah rencana mereka melancarkan invasi darat.

Associated Press (AP) melaporkan bahwa korban tewas akibat gempuran Israel ke Gaza meningkat menjadi 8.036 orang per Senin, 30/10. Sedangkan lebih dari 20 orang lainnya luka-luka.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan setidaknya 200 serangan Israel menargetkan fasilitas kesehatan di Jalur Gaza, termasuk rumah sakit, sejak 7 Oktober lalu.

Dari ratusan gempuran itu, sekitarnya 494 petugas kesehatan tewas dan 372 orang lainnya terluka dalam ratusan serangan itu.

Sementara itu, sekitar 118 serangan Israel juga menyasar fasilitas kesehatan Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak 7 Oktober hingga menewaskan tiga petugas kesehatan dan melukai 15 lainnya.

Lebih dari 3 ribu Anak Meninggal Dunia

Organisasi Save the Children melaporkan bahwa lebih dari 3.324 anak-anak tewas akibat gempuran Israel ke jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu.

Save the Children melaporkan jumlah anak-anak yang tewas di Palestina sejak 7 Oktober ini lebih banyak ketimbang total jumlah anak-anak yang tewas dalam konflik di seluruh dunia setiap tahunnya sejak 2019 lalu.

“Kematian satu anak itu terlalu banyak, ini adalah pelanggaran berat yang sangat besar,” kata Jason Lee, direktur Save the Children untuk Palestina seperti dikutip Al Jazeera.

“Gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk memastikan keselamatan mereka. Komunitas internasional harus mendahulukan masyarakat dibandingkan politik – setiap hari yang dihabiskan untuk berdebat menyebabkan anak-anak terbunuh dan terluka. Anak-anak harus dilindungi setiap saat, terutama ketika mereka mencari keselamatan di sekolah dan rumah sakit.” tambahnya.

Serangan Israel Hantam Rumah Sakit Kanker Terakhir di Gaza

Rumah sakit kanker yang didanai Turki di Tal al-Hawwa hancur akibat serangan Israel.

Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina Sobhi Sheik menyebut serangan tersebut menyasar titik utama fasilitas medis.

“Lantai tiga yang digunakan untuk pemberian anestesi, langsung terkena serangan artileri Israel, yang merusak dinding, jendela, pipa tabung oksigen, pipa air, dan kabel listrik,” kata Sobhi Sheik dikutip Aljazeera, Selasa, 31/10.

Tidak ada pasien atau tim medis di lantai tersebut pada saat itu.

“Serangan terjadi pukul 17.30 waktu setempat, tetapi sejak kemarin, sekitar rumah sakit itu sering kali terkena serangan artileri Israel,” katanya.

Di Gaza sendiri, terdapat 10.000 pasien kanker.

“Kami khawatir rumah sakit akan diserang lagi dan pasien kami akan terbunuh di tempat tidur mereka. Dan kami khawatir tentang kesejahteraan staf kami, tetapi kami akan terus melakukan pekerjaan kami. Ini adalah kewajiban kami,” ungkap Sheik.

RS Indonesia di Gaza Kewalahan Rawat Pasien

Sementara itu, Rumah Sakit Indonesia di Gaza tengah berjuang merawat pasien-pasien yang terluka di tengah minimnya stok obat dan peralatan medis di wilayah tersebut.

Relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Fikri Rofiul Haq, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa RS Indonesia di Gaza dibanjiri pasien usai tiga pekan gempuran tanpa henti oleh pasukan Israel.

“Di RS Indonesia saja, tercatat 870 orang meninggal dunia dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka. Sekitar 164 pasien masih dirawat di rumah sakit,” kata Fikri dalam wawancara dengan Al Jazeera.

Semenjak perang pecah, separuh penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat-tempat yang relatif aman. Seperti sekolah dan rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia.

Fikri juga menyebut pekan lalu, RS Indonesia di Gaza sempat mengalami pemadaman listrik total akibat menipisnya stok bahan bakar karena blokade Israel.

“Kami mencoba mencari bahan bakar untuk rumah sakit setelah pemadaman listrik selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa RS Indonesia membutuhkan bantuan medis hingga tenaga medis. Lantaran tenaga medis yang ada merawat pasien selama 24 jam sehari.

Di sisi lain, Palang Merah Indonesia (PMI) akan mengirimkan bantuan ke Gaza berupa peralatan medis senilai Rp2,9 miliar. PMI akan bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan direncanakan akan diberangkatkan pada hari ini, 31/10, melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.

Sekretaris Jenderal PMI A.M Fachir mengatakan, sesuai instruksi Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, bantuan PMI  tersebut untuk menunjang kebutuhan masyarakat di Gaza.

“Pada tahap pertama, ada 10 item bantuan yang dikirimkan, antara lain Oxygen Concerator, tabung Oksigen, masker N95, Masker Respirator, Sarung tangan lateks, Apron, Baby Kit, Hygiene Kit, Kantong Mayat Infeksius dan Genset,” kata AM Fachir dalam siaran persnya, Senin, 30/10.

Selain berupa bantuan alat medis, PMI juga berencana mengirimkan bantuan berupa alat penjernih air dengan kapasitas produksi air minum sebanyak 1.500-2.000 liter air per jam.

PM Israel Tolak Gencatan Senjata

Terkait dengan serangan dan tindakan genosida yang terus dilakukan kepada warga sipil Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pihaknya tidak akan melakukan gencatan senjata.

Ia menganggap gencatan senjata merupakan tanda menyerah kepada Hamas di wilayah tersebut.

Netanyahu juga mengatakan dalam konferensi pers bahwa negara-negara lain harus memberikan lebih banyak bantuan dalam upaya untuk membebaskan lebih dari 230 sandera yang diculik oleh Hamas dalam serangan pada 7 Oktober lalu.

“Panggilan untuk gencatan senjata adalah panggilan bagi Israel untuk menyerah kepada Hamas, menyerah kepada terorisme, menyerah kepada barbarisme. Ini tidak akan terjadi,” katanya dikutip AFP, Senin, 30/10.

Ia berjanji bahwa Israel akan berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan. Ia juga mengklaim pasukan Israel sedang berusaha keras untuk “mencegah korban sipil” di Gaza.*

Pos terkait