Ujian Validitas Gagasan Capres via Debat Kampus

FORUM KEADILAN – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) secara terbuka mengundang para bakal calon presiden (capres) yang sudah mendeklarasikan diri maju di Pilpres 2024 untuk debat di kampus.
Bakal capres di Pilpres 2024, baik Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, maupun Anies Baswedan tampaknya menyanggupi tawaran tersebut.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin memandang, tantangan debat capres yang diselenggarakan BEM UI harus disambut baik oleh para bakal capres, karena kampus menjadi wadah yang tepat, terlebih, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) juga memperbolehkan berkampanye di dalam di lembaga pendidikan.
“Harus diterima dengan positif oleh capres, karena itu forum untuk mencurahkan semua visi dan misi kampus, sebagai salah satu mimbar akademik yang memberikan wadah kepada calon pemimpin bangsa agar dapat mencurahkan ide dan gagasan yang dimiliki,” ujarnya kepada Forum Keadilan, Sabtu, 25/08/2023.
Debat capres di kampus, kata Ujang, membuat mahasiswa dan masyarakat luas tidak alergi terhadap politik.
“Kampus tidak hanya di menara gading, yang hanya selalu di atas, kampus juga harus impelentatif. Harus dapat dirasakan pengetahuannya oleh publik,” ucapnya.
Ujang memandang bahwa para bakal capres butuh kalangan intelektual untuk memberikan sumbangsih dalam membangun bangsa.
“Kehadiran capres ke kampus menandakan bahwa mereka butuh orang terdidik, pandai, butuh kalangan intelektual untuk memberikan sumbangsihnya dalam konteks bisa membangun bangsa,” kata Ujang.
Pendidikan politik yang dipertontonkan kepada generasi muda, menurut Ujang, bisa jadi kesempatan bagi mahasiswa untuk melihat gagasan dari segi aspek kepemimpinan.
“Kalau kita bicara sisi positif pertama adalah memberikan pendidikan politik kepada generasi muda, kita tau bahwa dunia kampus adalah pemilih muda, maka di situ anak-anak muda yang sudah memiliki hak pilih mampu melihat isi kepala, gagasan visi misi, dan program dalam semua bidang kehidupan,” jelasnya.
Lagi pula, calon presiden yang diusung belum mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan belum ditetapkan sebagai calon presiden. Jadi, menurutnya sah-sah saja melakukan debat capres di kampus.
Senada, Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing juga menilai undangan debat itu bisa dimanfaatkan para bakal capres untuk mempertajam visi misi dan program mereka.
“Kalau itu dilakukan di awal, maka rakyat bisa menilai visi misi program dan argumentasi siapa yang kuat, yang mensejahterakan rakyat,” katanya kepada Forum Keadilan, Sabtu, 26/8.
“Masyarakat bisa melihat kandidat mana yang bisa menyelesaikan persoalan kebangsaan, mempunyai pemikiran besar untuk indonesia,” katanya lagi.
Emrus menilai, saat ini para bakal capres masih terlena dengan pencapresan mereka, sehingga belum terlihat apa gagasan atau program mereka untuk Indonesia.
“Saya melihat mereka masih terlena dengan pencapresan. Seharusnya mereka sibuk di dalam gagasan program besar dan strategi mewujudkannya, tapi kita lihat realitasnya mereka belum menawarkan gagasan besar itu,” ujar Emrus.
Di sisi lain, kata Emrus, dengan melakukan debat di kampus bisa sekaligus menjadi wadah sosialisasi kepada para pemilih muda terkait Pemilihan Umum (Pemilu).
“Perdebatan ini sekaligus sosialisasi kepemiluan kita kepada masyarakat pemilih pemula. Sebagai pemilih pemula mereka tentu pengen tau soal visi misi dan program masing-masing kandidat,” kata Emrus.
Menurut Emrus para bakal capres akan rugi jika menolak debat terbuka tersebut.
“Mereka sendiri yang rugi. Satu mereka tidak meningkatkan popularitas, yang kedua kalau mereka tidak hadir berarti elektabilitasnya tidak bertambah karena akan kelihatan elektabilitasnya nanti saat perdebatan itu berlangsung sebab mereka menyampaikan gagasan besar mereka. Baru kemudian kerugian mereka pada akseptabilitas publik,” tandasnya.* (Tim FORUM KEADILAN)