Pasang Surut Jokowi – Surya Paloh

Jokowi dan Surya Paloh
Presiden Joko WIdodo (Jokowi) dan Ketua Umum (Ketum) NasDem Surya Paloh | Ist

FORUM KEADILAN – Berseberangan namun saling membutuhkan. Itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

Surya Paloh tak menampik jika awal pasang surut hubungan NasDem dengan Istana mulai merenggang sejak ia mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan pada 3 Oktober 2022 lalu. Sejak itulah sang kepala negara beberapa kali menunjukkan kerenggangannya dengan Surya Paloh.

Bacaan Lainnya

Bahkan NasDem menjadi satu-satunya partai koalisi yang tidak diundang dalam halalbihalal di Istana Merdeka pada Selasa, 2/5/2023 lalu.

Surya Paloh secara blak-blakan mengatakan bahwa Jokowi sudah tak lagi menganggap partainya bagian dari koalisi pemerintah.

“Jokowi menempatkan positioning beliau barangkali sebagai pemimpin koalisi partai-partai pemerintahan ya. Dan beliau tidak menganggap lagi NasDem ini di dalam koalisi pemerintahan untuk sementara” ujar Surya Paloh pada Jumat, 5/5/2023 lalu.

Hubungan Surya Paloh dan Jokowi kembali memanas tatkala Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) sekaligus Sekretaris Jenderal (Sekjen) NasDem Johnny G Plate terlibat hingga ditetapkan sebagai tersangka korupsi penyediaan menara BTS 4G BAKTI Kemenkominfo.

Orang kepercayaannya terlibat kasus hukum, Surya Paloh saat itu yakin Johnny G Plate tak terlibat dalam kasus tersebut. Bahkan sang ketua umum menyebut tangan Plate terlalu mahal untuk diborgol.

“Terlalu mahal dia (Johnny Plate) untuk diborgol. Dalam kapasitas dirinya sebagai menteri, sebagai sekjen partai terlalu mahal, terlalu mahal,” kata Surya di kantor DPP NasDem, Menteng, Jakarta, Rabu, 17/5 lalu.

Kondisi ini praktis membuat jatah menteri NasDem di era pemerintahan Jokowi berkurang. Ditambah, Menkominfo yang baru saja dilantik, Budi Arie Setiadi bukan berasal dari lingkaran NasDem, tetapi Relawan Pro Jokowi.

Tak adanya wajah Presiden Jokowi dalam Apel Siaga Perubahan (ASP) yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Mingu, 16/7/2023 lalu juga memperlihatkan adanya kerenggangan daari keduanya.

Padahal, di antara ribuan hingga ratusan ribu peserta yang hadir, terdapat nama besar seperti Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beserta jajaran, dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Tak ketinggalan juga tiga elite Golkar yakni Ketua DPP Christina Aryani, Ketua Bakumham Supriansa, dan Waketum Rizal Mallarangeng.

Dalam acara tersebut, Surya Paloh bahkan menyindir gagasan revolusi mental yang diusung Jokowi. Paloh mengungkit bahwa gagasan perubahan seperti itulah yang membuatnya mendukung penuh Jokowi pada Pilpres sebelumnya. Namun dalam perjalanannya, menurut Paloh, revolusi mental yang digaungkan Jokowi belum sesuai harapan.

“Bahwasanya pikiran, gerakan, perubahan yang juga sejalan dengan apa yang dikonsortir Presiden Jokowi untuk melaksanakan revolusi mental identik, selaras, sebangun dan sejalan dengan misi perubahan kita,” ucap Surya Paloh dalam orasi politiknya dalam acara Apel Siaga Perubahan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Minggu, 16/7/2023,

“Itulah alasan ketika pada tahun 2014 pemilu dengan seluruh kekuatan kita dukung yang namanya calon presiden Jokowi sebagai presiden negeri ini,” lanjutnya.

Pada awalnya, kata Paloh, Nasdem menganggap perubahan yang dibawa Jokowi akan berdampak pada kemajuan berbangsa dan bernegara. Dirinya mengharapkan hal yang jauh lebih hebat lagi, namun sayangnya, itu semua tidak sesuai harapan.

Banyak pihak menilai apel siaga tersebut adalah pemanasan sebelum NasDem berubah Haluan menjadi oposisi terhadap pemerintah.

Tak disangka, sehari setelah apel siaga tersebut, keduanya justru bertemu di Istana Kepresidenan pada Senin, 17/7 lalu. Jokowi justru bercanda saat diminta membuka detail pertemuan dengan Paloh. Menurutnya, hal itu rahasia yang tak perlu diungkap ke media massa.

Pasang surut hubungan NasDem dengan Istana justru ditanggapi santai oleh pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta Ujang Komarudin. Ia menyebut hal ini adalah hal yang biasa dalam dunia politik.

“Saya melihatnya ya itu politik. Kalau kepentingannya sama, ya akan bersama-sama. Kalau kepentingan beda, ya akan jadi lawan. Di politik itu lawan dan kawan beda tipis. Panas dingin hubungan NasDem dengan Jokowi itu biasa. Ada kalanya bersama, ada kalanya berpisah,” ungkapnya ketika dihubungi Forum Keadilan pada Sabtu, 22/7/2023.

Soal pernyataan Paloh saat Jokowi seakan melupakan partainya lantaran ia tak diundang dalam acara halalbihalal, Ujang juga berpendapat hal ini lantaran Jokowi dan Paloh memiliki kepentingannya masing-masing. Terutama dalam menyambut Pilpres 2024.

“Yang satu NasDem dukung Anies, Jokowi ya anti Anies. Ya tidak bertemu,” tukas Ujang.

Ujang juga tak menampik jika renggangnya hubungan Paloh dengan Jokowi lantaran orang kepercayaan Paloh yakni Johnny G Plate, terjerat kasus hukum.

“Kalau NasDem ada di (kubu) Jokowi terus ya tidak akan seperti itu. Dimana-mana kalau jadi lawan politik, ya pasti dikerjai. Kalau mereka membantah, ya pasti ada hubungannya, orang politik pasti paham,” ungkapnya.

Menyoal dugaan manuver politik Paloh usai pertemuannya di Istana, Ujang pun menyebut semua parpol dan koalisi saat ini masih belum jelas arah pergerakannya. Sehingga masih bisa berubah. Soal NasDem apakah akan bermanuver ke kubu PDIP mendukung Ganjar Pranowo dan meninggalkan Anies Baswedan, hal ini bisa saja terjadi lantaran semuanya masih dinamis.

“Sebelum janur kuning melengkung, semuanya masih belum jelas,” jawab Ujang singkat.*

Pos terkait