Ancaman Baru Anies Gagal Maju Pilpres 2024

Anies Baswedan
Anies Baswedan | Instagram @aniesbaswedan

FORUM KEADILAN – Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut komunikasi partainya dengan Demokrat terus berlanjut usai pertemuan Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Hasto memandang hubungan PDIP dan Demokrat saat ini sangat cair.

Dinamika cairnya hubungan PDIP dan Demokrat berdampak pada pencalonan Anies Baswedan di Pilpres 2024?

Bacaan Lainnya

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengurainya. Menurut Ujang, saat ini koalisi partai politik maupun para capres perlu berjaga-jaga mengingat dinamikanya masih begitu terbuka untuk berubah-ubah.

“Ya sekarang ini kan semua koalisi mengkhawatirkan, semua poros ya mengkhawatirkan. Tetapi ada plus dan minusnya,” ujar Ujang.

“Semuanya masih belum jelas. Ada yang misalkan PDIP walaupun dapat golden tiket tapikan cawapresnya harus yang bagus yang kuat. Pak Prabowo juga harus menjaga hubungannya, misalnya dengan PKB ya kan agar tetap 20 persen. Lalu poros Anies apalagi, harus solid,” timpal Ujang kepada Forum Keadilan, Sabtu, 8/7/2023.

Kemudian, jika Demokrat dan PDIP semakin cair hingga memutuskan berlanjut pada tahap berikutnya, kata Ujang, bisa membuat Anies gagal maju di Pilpres 2024.

Untuk diketahui Anies diusung oleh tiga partai, yakni NasDem, Demokrat, dan PKS, yang berkoalisi membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

“Nah hubungan Demokrat dan PDIP yang semakin mesra ini juga mengkhawatirkan di Koalisi Perubahan (untuk Persatuan). Kalau misalkan Demokrat goyah, Demokrat-nya beralih hati, maka ya Koalisi Perubahan tidak akan ada tidak akan terjadi, tidak akan terlaksana, bisa bubar,” beber Ujang.

Menurut Ujang, alasan Demokrat bermanuver atau semakin mendekat dengan PDIP karena sampai detik ini KPP, khususnya Anies, belum mengumumkan AHY sebagai cawapresnya. Ia menilai ada kekhawatiran dari Demokrat AHY tidak dijadikan cawapres.

“Kalau tidak dijadikan cawapres kan ya ibaratnya partai Demokrat percuma untuk berkoalisi kalau AHY tidak jadi cawapres kan begitu, karena kita tau bahwa NasDem dan PKS punya keinginan mendorong Hidayat Nur Wahid sebagai cawapresnya Anies. Jadi ini yang membuat Demokrat juga bermanuver, bertemu dengan PDIP,” kata dia.

“Dan itu tentu ya berbahaya juga perlu khawatir bagi Koalisi Perubahan, karena kalau Demokrat-nya lari, Demokrat-nya nggak komitmen ya pasti tidak akan terjadi. Ya koalisi perubahan tidak akan hadir, tidak akan terbentuk karena kurang dari 20 persen. Ya terancam juga,” sambungnya.

Kata Ujang, selama jalur kuning belum melengkung atau capres dan cawapres belum didaftarkan di Komisi Pemilihan Umum pada Oktober 2023 nanti, semua kemungkinan masih terjadi.

“Kemungkinan bubar masih ada, kemungkinan tidak sesuai masih ada. Kemungkinan Anies tidak bisa menjadi capres juga masih ada. Semuanya masih serba mungkin, dalam politik mungkin iya mungkin tidak. Jadi ya saat ini semuanya masih deg-degan ya, masih saling lobi, masih saling mendekati untuk bisa bermanuver satu sama lain, untuk menjalankan misi dan kepentingan masing-masing. Bagi Demokrat mungkin ingin jadi cawapresnya Anies, tapi kalau tidak bisa loncat,” jelasnya.

Kemudian, lanjut Ujang, di saat yang sama PKS juga ingin jadi cawapres-nya Anies tapi tidak ada kader yang mumpuni, sehingga mereka perlu kompensasi.

“Mungkin Demokratnya juga belum kasih kompensasi pada PKS. Baik kompensasi politik maupun finansial. Oleh karena itu dalam kontek koalisi perubahan itu dengan kedekatan misalkan manuver Demokrat dengan PDIP, ya mungkin agak sedikit khawatir,” jelasnya lagi.

Ujang mengatakan, meskipun ketiga partai (Demokrat, NasDem, PKS) sudah menandatangani kesepakatan untuk mengusung Anies di Pilpres 2024, kemungkin bubar masih mungkin terjadi.

“Tapi kalau AHY-nya tidak dijadikan cawapres, apakah Demokrat masih konsisten? Apakah masih di Koalisi Perubahan? Atau loncat kelain hati, kita tunggu saja manuver berikutnya, dinamika berikutnya, karena politik itu perubahannya sangat cepat,” tandasnya.

Menelisik Pilpres 2024, akankah tetap 3 pasang?

Meskipun tak memungkiri Anies terancam gagal maju di Pilpres 2024 usai Demokrat-PDIP semakin cair, Ujang menilai Pilpres 2024 akan menghadirkan persaingan antara tiga pasang, yang mana capresnya ialah Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.

“Saat ini capres tiga besar itu dalam elektabilitas kan tiga nama, yaitu Prabowo, Ganjar, dan Anies Baswedan, jadi saya melihatnya soal capres tadi paling banyak ada tiga, capres poros Prabowo, Ganjar, dan Anies Baswedan gitu, paling maksimal tiga, ya minimal 2,” kata Ujang.

Senada dengan Ujang, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes juga menyebut kemungkinan paling besar Pilpres 2024 menghadirkan tiga pasang.

“Yang paling mungkin terjadi tiga pasang. Kalau empat pasang sepertinya sulit, karena PAN dan Golkar juga tidak ada keinginan yang kuat untuk membuat koalisi, tidak ada keberanian untuk membuat koalisi baru. Kalau dua pasang menurut saya juga agak susah karena kondisi perubahannya juga sejauh ini masih sulit,” ujar Arya kepada Forum Keadilan.*

Pos terkait