Pangeran Baru Partai Ka’bah

Ketua Bappilu PPP Sandiaga Uno. Ist

FORUM KEADILAN – Baru tiga hari resmi bergabung sebagai kader, Sandiaga Uno langsung mendapat mandat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi Ketua Badan pemenangan Pemilu (Bapilu).

 

Bak pangeran, Sandi juga diusung sebagai calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

 

Perlakuan khusus terhadap Sandiaga Uno, sesungguhnya dapat diprediksi publik, bahkan sejak Menteri Pariwisata itu menyatakan keinginannya bergabung PPP.

 

Pasalnya, sandi dikenal sebagai sosok yang memiliki popularitas tinggi sekaligus profil pengusaha muda dengan jejaring bisnis yang sangat luas, sehingga bisa diandalkan menjadi pendonor darah bagi keberlangsungan hidup partai dari sisi finansial.

 

PPP tampak tak sungkan mempertontonkan kepada publik, akan arti penting sosok Sandiaga Uno bagi mereka. Plt Ketua Umum PPP Mardiono buka suara perihal jabatan dan tanggungjawab prestisius yang dimandatkan kepada mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Itu.

 

“Kami tahu Pak Sandi memiliki tingkat elektoral yang tinggi, maka tentu kami harus beri beban tugas sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya itu,” ujar Mardiono.

 

Tingginya elektabilitas Sandiaga diperlihatkan dengan namanya yang tak pernah absen dalam 5 besar survei cawapres.

 

Rilis survei terbaru Indonesia Political Opinion (IPO), Sandiaga Uno berada dalam 5 besar setelah Erick Thohir (15,5 persen), Mahfud MD (11,1 persen), AHY (10,9 persen), Ridwan Kamil (6,7 persen) dan Sandiaga Uno (6,5 persen).

 

Menoleh ke belakang, PPP merupakan partai politik berbasis islam yang memiliki sejarah kelam dalam konteks pemberantasan korupsi, dimana dua mantan ketua umumnya pernah tersandung. Suryadharma Ali dan Mohammad Romahurmuziy

 

Selain itu, Gesekan kursi panas Ketum yang berkali-kali dipertontonkan ke publik menambah stigma negatif partai di mata masyarakat. Penggulingan Suharso Manoarfa sebagai Ketum pada bulan September 2022 menjadi contoh teranyar.

 

Berstatus Plt Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono kemudian diangkat menggantikan peran Manoarfa sebagai orang nomor satu di PPP.

 

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes mengemukakan kehadiran  Sandiaga menjadi titik balik PPP untuk melakukan rebranding.

 

Kendati demikian Arya memandang profil Sandiaga tak lantas akan memberikan dampak peningkatan elektabilitas secara signifikan. Selain membutuhkan waktu, peningkatan elektabilitas juga dipengaruhi bagaimana aktivasi politik, dan mobilisasi pemilih kampanye yang terukur.

 

“Kalau tidak ada perubahan di internal setelah masuknya pak sandi ya masih akan berat begitu 3 jadi ini tergantung bagaimana setelah Sandi ini masuk. Dia dianggap angin segar, apakah ada perubahan perubahan dari sisi kampanye, dari sisi narasi politik gitu ya kan menentukan suaranya,” kata Arya kepada Forum Keadilan, Senin, 17/6/2024.

 

Senada, Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti berpendapat sosok Sandiaga diterima dengan tangan terbuka oleh internal PPP didasarkan dua faktor.  Popularitas Sandiaga diharapkan dapat terkonversi menjadi peningkatan elektabilitas PPP.  Faktor kedua, yaitu dukungan dana dari Sandiaga Uno sebagai modal kampanye.  Sebagai Ketua Bapilu, Sandiaga harus dapat memastikan biaya-biaya operasional PPP untuk kampanye dapat tertanggulangi.

 

“Nah dengan dua modal yang besar itu ya saya kira semua orang bisa happy lah menerima Sandiaga yang masuk ke dalam itu (PPP), termasuk di dalamnya menempati posisi Bapilu. Padahal masih orang baru kan sebenarnya,” ucap Ray Rangkuti kepada Forum Keadilan.

 

Mengenai potensi peningkatan elektabilitas PPP, Ray menyebut hal itu sangat mungkin terjadi bila Sandiaga hanya menempati posisi Bapilu.  Dengan sosok Menteri Pariwisata yang mendorong kreatifitas, profil Sandiaga bisa saja menempati hati para pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z.

 

Namun kondisi sebaliknya akan diterima PPP bila Sandiaga Uno disetujui sebagai Cawapres pendamping Ganjar. Profil yang akan tampak dari Sandiaga adalah sosok ambisius menduduki kekuasaan.

 

“Dugaan saya kalau Sandiaga kemudian diplot jadi wakil presiden dan calon wakil presidennya Ganjar gitu. Saya melihat justru simpatinya akan berkurang karena di mata karena ada kesan Sandiaga itu seperti pemburu kekuasaan gitu,” beber Ray perihal minat generasi Z dalam politik.

 

Bukan hanya kelompok milenial dan generasi Z, anggapan negatif itu juga menurut Ray akan tertanam di benak kelompok intelektual dan kelas kelas menengah masyarakat. Kondisi inilah yang menjadikan Sandiaga dapat menjadi bumerang bagi PPP dalam Pemilu 2024.

 

Pandangan berbeda dikemukakan Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana perihal potensi tergerusnya suara Ganjar maupun PPP bila Sandiaga terpilih menjadi Cawapres diusung. Aditya mengungkapkan kehadiran Sandiaga akan mengisi ruang perolehan suara kelompok agamis, dalam hal ini basis massa NU.

 

Kehadiran Sandi mewakili kelompok agamis akan menjadi tantangan bagi capres dukungan koalisi perubahan yang memiliki kedekatan agamis.

 

“Pemilih Sandi bisa dilihat mewakili aspirasi kelompok Islam, jadi itu hampr mirip dengan pemilihnya Anies. Jadi pemilih Anies dan pemilih Sandi relevan sama. Jadi ketika mereka (Ganjar-Sandiaga) mau didekatkan, diduetkan, ta kondisi bisa saling memanfaatkan. Itu kondisi yang bisa dilihat,” komentar Aditya kepada Forum keadilan.

(Agnes Satiawati)