Selasa, 01 Juli 2025
Menu

Psikolog Ungkap Gen Z Lebih Rentan Alami Stres dan Cara Mengatasinya

Redaksi
Ilustrasi Stres
Ilustrasi Seseorang Alami Stres | ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Generasi Z atau Gen Z diperuntukan bagi mereka yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 8-23 tahun.

Gen Z saat ini mendominasi populasi Indonesia dengan jumlah 27,94 persen adalah penggerak inovasi, kreativitas dan ide. Namun, di balik fakta tersebut, ternyata mereka juga generasi yang cenderung lebih gampang alami stres. Kok bisa?

Banyak penelitian membuktikan kalau tingkat stres Gen Z lebih tinggi dibandingkan generasi lain, bahkan hampir dua kali lipat dibanding generasi milenial.

Menurut Psikolog Klinis Tara de Thouars, Gen Z adalah digital native karena lahir di dunia yang serba digital dan instan, tapi era yang sangat disruptif dan dinamis ini ternyata juga memberikan tekanan buat mereka.

“Saat sedang dalam tahap membangun self-concept, banyaknya distraction, terutama karena pengaruh kuat media sosial, bikin mereka (Gen Z) jadi gampang cemas dan overthinking,” jelas Tara dalam rilis resmi yang diterima Forum Keadilan, Kamis, 6/4/2023.

Para Gen Z ini, kata Tara, kerap membandingkan hidup mereka dengan orang lain. Mereka juga cenderung memiliki ekspektasi yang terlalu jauh dari kenyataan.

“Tekanan-tekanan seperti ini yang akhirnya memicu stres,” jelas Tara lagi.

Stres bisa menyebabkan masalah lainnya, seperti sakit kepala, lesu, dan cenderung malas melakukan sesuatu.

Musik Bisa Atasi Stres

Meski begitu, Tara melanjutkan, stres bisa diredakan dengan mendengarkan musik, loh.

Tara menjelaskan, kalau musik punya pengaruh kuat pada kondisi psikologis, sehingga bisa jadi stress coping mechanism yang efektif bagi para Gen Z.

Buat yang belum tahu, coping mechanism adalah cara menghadapi situasi yang menyebabkan stres atau tekanan, baik dari faktor luar maupun dalam.

Penelitian dari School of Public Health University West Virginia Amerika Serikat (2016) pun pernah membuktikan bahwa musik dapat meredakan stres dan memperbaiki suasana hati.

“Musik mengaktifkan sistem neurokimia dan struktur otak mengenai suasana hati yang positif,” jelas profesor epidemiologi yang memimpin riset Kim Innes, mengutip Time.

Kata Innes, kemampuan musik dalam mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati sama ampuhnya dengan praktik meditasi.

“Bagi Anda yang tidak terbiasa meditasi, mendengarkan musik jauh lebih praktis untuk mengatasi stres,” kata Innes.

Kendati demikian, pilih musik yang benar-benar tepat dan sesuai selera kamu biar nggak jadi bumerang dalam atasi stres.*