FORUM KEADILAN – Tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day. Hal ini untuk merayakan bentuk ekspresi, identitas, budaya, dan bahasa manusia dalam karya sasta puisi.
“Dirangkai dalam kata-kata, diwarnai dengan gambar, diukur dengan meteran yang tepat, kekuatan puisi tidak ada tandingannya,” ujar Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
Puisi dianggap sebagai bentuk ekspresi intim yang membuka pintu bagi semua orang, memperkaya kemajuan manusia, dan sangat diperlukan di masa-masa genting.
Puisi juga merupakan karya yang berbicara tentang kemanusiaan dan nilai-nilai tanpa batasan budaya dan wilayah serta dipraktikkan sepanjang sejarah.
Hari Puisi Sedunia telah disahkan oleh UNESCO pada tahun 1999 sebagai peringatan internasional. “Memberikan pengakuan dan dorongan baru bagi gerakan puisi nasional, regional, dan internasional”, ujar UNESCO saat meresmikan.
Hari puisi umumnya dirayakan pada bulan Oktober, dan pada akhir abad ke-20 komunitas dunia merayakannya pada tanggal 15 Oktober, hari lahir Virgil, penyair wiracarita Romawi era Augustus. Tradisi merayakan hari puisi nasional atau internasional pada bulan Oktober masih diterapkan di banyak negara.
Sejarah Hari Puisi Sedunia
Puisi pertama kali muncul dengan judul ‘Epic of Gilgamesh’ sekitar tahun 2000 sM. Namun, puisi diperkirakan sudah ada sebelum penyebaran literasi.
Banyak jenis puisi yang populer dan menjadi tren dari masa-kemasa dan terus mengalami perkembangan. Tujuan adanya puisi adalah untuk mengekplorasi kondisi manusia dan memunculkan emosi melalui kata-kata.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengadopsi Hari Puisi Sedunia pada 21 Maret 1999. Peringatan internasional itu diadopsi UNESCO melalui Konferensi Umum ke-30 di Paris untuk “memberikan pengakuan baru dan dorongan untuk gerakan puisi nasional, regional dan internasional.”
Merujuk pada Catatan Konferensi Umum, Sesi ke-30, Paris, 26 Oktober-17 November 1999, jilid 1: Resolusi-resolusi, terdapat tiga poin yang disepakati pada pertemuan tersebut.
Berikut tiga poin yang ditetapkan UNESCO dan disepakati bersama:
- Menyatakan tanggal 21 Maret sebagai Hari Puisi Sedunia.
- Mengundang Negara-negara Anggota untuk mengambil bagian secara aktif dalam merayakan Hari ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dengan partisipasi aktif dari Komisi Nasional, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga-lembaga publik dan swasta yang terkait (sekolah, kotamadya, komunitas penyair, museum, asosiasi budaya, penerbit, pemerintah daerah, dan lain-lain).
- Mengundang Direktur Jenderal untuk mendorong dan mendukung semua inisiatif nasional, regional dan internasional yang diambil dalam hal ini.
UNESCO berharap dapat menginspirasi perayaan puisi di seluruh dunia, melestarikan bahasa yang terancam punah, dan membangkitkan ekspresi puitis hingga hari ini. Membaca, menulis, dan mengajar puisi didorong agar menyatu dengan media ekspresi lainnya seperti musik, tari, lukisan, dan lainnya.
Puisi juga sering disebut sebagai sajak yang dibuat dengan irama, rima, bait, dan memiliki makna. Sehingga, Hari Puisi Sedunia merupakan kampanye untuk mendukung keanekaragaman linguistik melalu puitisnya kalimat dan meningkatkan kesempatan bahasa yang terancam punah.
UNESCO juga berharap Hari Puisi Sedunia dapat menginspirasi perayaan puisi di seluruh dunia, melestarikan bahasa yang terancam punah, dan membangkitkan ekspresi puitis hingga hari ini. Membaca, menulis, dan mengajar puisi didorong agar menyatu dengan media ekspresi lainnya seperti musik, tari, lukisan, dan lainnya.
Tema Hari Puisi Sedunia 2023
Belum ada pernyataan resmi dari UNESCO yang menetapkan tema khusus Hari Puisi Sedunia 2023. Namun, perayaan ini biasanya memiliki tema yang serupa dengan tujuannya.
Pada dasarnya, perayaan ini ditujukan demi memberi perhatian terhadap pentingnya puisi untuk melestarikan bahasa-bahasa arkais.
Kehidupan puisi yang sudah berjalan sejak dahulu ini sangat variatif. Sebut saja Indonesia, terdapat puisi-puisi Melayu Kuno yang berbeda dari puisi-puisi kontemporer.
Kendati berbeda, di dalamnya memuat rangkaian budaya serta ekspresi manusia pada zamannya. Budaya masa lalu pun akhirnya dapat tercermin dan perbedaannya dapat dilihat dengan puisi masa kontemporer.
Cara Memperingati Hari Puisi Sedunia 2023
Ada beragam kegiatan yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Puisi Sedunia. Dikutip dari situs resmi UNESCO, cara-cara merayakan Hari Puisi Sedunia adalah:
- Mengadakan festival dan lomba puisi, baik secara online maupun offline
- Memposting tentang puisi dan penyair favorit lewat media sosial
- Membantu orang belajar lebih banyak tentang puisi
- Membuat puisi sesuai tema yang diinginkan
- Berdiskusi dengan orang lain tentang karya puisi.*