Kenali Tanda-tanda Anak Di-bully di Sekolah dan Cara Mengatasinya

FORUM KEADILAN – Belum lama ini seorang siswa sekolah dasar (SD) berinisial MR (11) di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ditemukan tewas gantung diri.
MR ditemukan gantung diri di dapur rumahnya pada Senin, 27/2/2023.
Berdasarkan keterangan keluarga, polisi menduga MR bunuh diri karena kerap di-bully tak punya ayah atau yatim oleh teman-teman sekolahnya.
Berkaca dari kasus tersebut, bagaimana cara mengatasi bullying di sekolah?
Bullying atau perundungan adalah tindakan disengaja satu pihak untuk berkali-kali menyakiti pihak lain, baik secara fisik, mental, hingga psikologis.
Cara secara fisik bisa bermacam-macam, bisa mendorong, mencubit, memukul, dan lain sebagainya. Sedangkan cara lain bisa dengan mengolok-olok, memberi julukan yang menyinggung, merebut sesuatu, tidak mengajak korban bermain karena menganggap lemah atau tak keren/berbakat, meminta uang secara paksa (pemalakan), dan masih banyak lagi.
Ada juga perilaku bullying yang menyebar gosip atau mengadu domba, sehingga korban tak punya teman. Tidak hanya remaja dan orang dewasa, anak-anak juga bisa melakukan bullying pada sesamanya.
Sayangnya, masih banyak orang dewasa, terutama orang tua mereka sendiri, yang belum menganggap bullying di sekolah sebagai persoalan serius. Apalagi bila korban bully adalah anak laki-laki.
Masih ada orang yang beranggapan bahwa anak laki-laki harus kuat dan tak boleh cengeng. Jadi, anak itu hanya diminta bertahan dan berharap bullying akan berhenti dengan sendirinya.
Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying
Banyak alasan bagi siapa pun untuk menjadi pelaku bullying, tak terkecuali anak-anak. Misalnya untuk membuat pelaku merasa lebih besar, hebat, kuat, dan semacamnya. Alasan lain adalah kemungkinan si pelaku pernah diperlakukan serupa, baik di rumah maupun tempat lain.
Anak yang tumbuh dari keluarga yang kerap melakukan kekerasan rumah tangga berpotensi menjadi salah satu dari dua kemungkinan ini: pelaku atau korban bullying.
Anak juga bisa meniru perilaku kekerasan lewat tayangan televisi.
Tanda-tanda Anak Di-bully di Sekolah
Bila anak Anda termasuk pribadi yang terbuka, biasanya dia akan bercerita dan masalah cepat teratasi. Jika bullying dilakukan secara fisik, terdapat bekas-bekas memar dan luka lainnya pada tubuh anak.
Nah, apabila anak yang berkepribadian tertutup, Anda bisa melihat beberapa gelagat lain. Misalnya, anak kelihatan gelisah, susah tidur, kehilangan selera makan, hingga mulai enggan melakukan beberapa kegiatan yang biasa disukainya.
Bahkan, anak mulai tampak murung, sering uring-uringan, dan sangat emosional.
Cara Atasi Bullying di Sekolah
Bila anak belum siap bercerita, Anda bisa memancingnya dengan cara-cara halus. Misalnya, saat melihat adegan bullying di televisi, Anda bisa bertanya kepada si kecil mengenai adegan tersebut dan bagaimana perasaannya.
Bisa dengan bertanya, “Anak itu lagi apa sama anak lainnya? Kira-kira boleh tidak berbuat begitu sama anak lain? Menurut kamu gimana?“.
Bila anak menjawab tidak atau menggeleng, bisa lanjut dengan bertanya, “Kira-kira kalau tidak boleh, anak itu harusnya berbuat apa?” atau “Kamu pernah melihat anak di sekolah seperti ini?”. Jika si kecil mengangguk Anda bisa menanyakan, “Kamu pernah mengalaminya, tidak?”.
Yakinkan anak untuk bercerita bila dia atau anak lainnya di sekolah menjadi korban bullying. Anak boleh bercerita kepada orang tua, guru, atau kakak bila ada. Tak perlu takut dianggap mengadu karena memang anak harus memberi tahu.
Saat orang tua merasa emosi mendengar si kecil menceritakan pengalamannya sebagai korban bullying di sekolah, sebaiknya tahan dulu.
Dengarkan cerita si kecil dengan tenang hingga selesai. Anak biasanya enggan bercerita karena malu, takut atau khawatir akan mengecewakan dan membuat marah orang tuanya.
Anak juga bisa merasa bersalah padahal dia korban bullying. Apalagi bila dia anak laki-laki, mengingat masih ada orang yang beranggapan bahwa anak laki-laki harus kuat dan tidak boleh cengeng.
Yakinkan si kecil bahwa dia tidak sendirian dan banyak anak lain yang juga mengalaminya. Semua itu terjadi bukan karena kesalahannya, tetapi karena si pelaku yang bermasalah. Sesudah itu, diskusikan masalah ini dengan wali kelas si kecil, guru-guru lain, dan kepala sekolah.
Libatkan orang tua pelaku bullying kalau perlu. Namun, ingat, tangani dengan kepala dingin agar tidak berakibat drama pertengkaran antara orang tua. Bila perlu hadirkan mediator sekolah seperti konselor saat membahas bullying.
Saran yang Diberikan untuk Anak Korban Bullying di Sekolah
Sebisa mungkin, hindari konfrontasi langsung dengan pelaku bullying, meski si pelaku berusaha memancing reaksi korban. Si kecil bisa melakukan beberapa hal, yakni:
- Bergabung dengan teman-teman yang baik sesering mungkin;
- Bersikap tegas dan menjauhi pelaku;
- Tetap berusaha fokus dengan bagian terbaik kegiatannya di sekolah, misal aktivitas yang menyenangkan.
Semoga bermanfaat dan si kecil terbebas dari pelaku bullying di sekolah.*