FORUM KEADILAN – Kabar yang menyebut 400 tentara Rusia tewas akibat serangan Ukraina pada akhir Desember lalu, membuat sejumlah pejabat Rusia, murka. Anggota parlemen Sergei Mironov, salah satunya. Dia ngamuk lantaran menilai kematian dalam jumlah besar itu terjadi akibat kesalahan komando Rusia di lapangan.
Mironov menyatakan, jumlah kematian menjadi sangat tinggi karena Rusia menyatukan kompleks gudang amunisi dengan barak pasukan.
“Lebih parah, barak pasukan tersebut berada jelas di bangunan sekolah, tanpa kamuflase apa pun untuk melindungi tempat para tentara tersebut,” katanya geram.
Akibatnya, terus Mironov, ketika Ukraina melancarkan serangan, korban jiwa dalam jumlah besar tak terelakkan.
Yang dimaksud Mironov adalah serangan Ukraina pada momen pergantian tahun lalu. Kala itu, Ukraina mengirimkan empat rudalnya untuk menggempur Kota Makiivka, Donetsk, wilayah yang dikuasai Rusia, di timur Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut, sebanyak 63 tentaranya tewas akibat serangan tersebut. Ini merupakan jumlah korban jiwa terbesar yang dilaporkan Rusia sepanjang berlangsungnya perang versus Ukraina
Meski begitu, klaim bahwa korban tewas cuma 63 orang diragukan sejumlah pihak, termasuk Sergei Mironov. Mironov meyakini angka kematian sangat tinggi, apalagi Ukraina pun mengklaim 400 tentara Rusia tewas dalam serangan di Makiivka itu.
Mantan pemimpin separatis Rusia, Igor Strelkov, juga yakin ratusan orang tewas dan terluka akibat serangan Ukraina tersebut.
Mironov mendesak agar Rusia menjatuhkan hukuman terhadap para pejabat yang mengizinkan konsentrasi personel militer di bangunan yang tak terlindungi. Dia juga menuntut hukuman bagi semua pihak berwenang yang tidak menyediakan keamanan yang mumpuni.
Mantan komandan pasukan pro-Rusia di Ukraina, Igor Girkin, juga melontarkan kritik serupa. Dalam tulisan opininya yang disebarkan di Telegram, Girkin menyatakan, “Yang terjadi di Makiivka sangat mengerikan.”
“Siapa yang punya gagasan menempatkan pasukan jumlah besar di satu bangunan, di mana orang bodoh saja tahu jika artileri menghantam, banyak yang akan terluka atau mati? Para komandan tak peduli.” tandas Igor Girkin.
Dilansir AFP, Selasa, 3/1/2023, Rusia mengklaim pihaknya digempur oleh Ukraina pada awal tahun baru 2023. Rusia bahkan melaporkan puluhan tentaranya tewas dalam serangan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak menyebutkan secara jelas kapan persisnya serangan terjadi. Akan tetapi, pasukan Ukraina diyakini melakukan serangan saat pasukan Rusia sedang merayakan pergantian tahun.
Pihak Kremlin mengatakan, sistem roket Himars yang dipasok Amerika Serikat ke Ukraina telah digunakan dan targetnya adalah titik penyebaran sementara.
Konflik bersenjata kedua negara terjadi sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Gubernur Samara Dmitry Azarov mengatakan, di antara para korban merupakan penduduk di wilayahnya. Di media sosial, sejumlah netizen menuduh otoritas Rusia meremehkan jumlah korban tewas hanya 63.
“Ya Tuhan, siapa yang akan percaya kepada angka 63 (korban tewas)? Bangunan itu telah hancur total,” tulis seorang warga Rusia, Nina Vernykh, di jejaring sosial terbesar Rusia, VKontakte.*