Selasa, 21 Oktober 2025
Menu

Mengenali Sifat Nirempati dan Pentingnya Menumbuhkan Empati

Redaksi
Ilustrasi Empati | Ist
Ilustrasi Empati | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Dalam kehidupan sehari-hari, empati sering disebut sebagai kemampuan memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Namun di sisi lain, ada pula istilah nirempati — kondisi ketika seseorang tidak memiliki atau kehilangan kemampuan tersebut. Fenomena ini semakin banyak dibicarakan, terutama di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan individualistis.

Apa Itu Nirempati?

Menurut KBBI, kata nirempati terdiri dari awalan nir- yang berarti “tanpa” atau “tidak memiliki”, dan kata empati yang berarti “kemampuan untuk turut merasakan perasaan orang lain”. Maka secara sederhana, nirempati berarti tanpa empati — keadaan ketika seseorang tidak peka terhadap perasaan, penderitaan, atau kebutuhan emosional orang lain.

Seseorang yang nirempati biasanya tidak mampu menempatkan diri pada posisi orang lain. Ia mungkin tahu bahwa orang lain sedang sedih atau terluka, tetapi tidak merasakan dorongan untuk peduli, menenangkan, atau membantu. Dalam beberapa kasus, perilaku ini bisa muncul secara sadar atau tidak sadar, tergantung dari latar belakang dan pengalaman pribadi seseorang.

Ciri-Ciri Seseorang yang Nirempati

Walau sulit diidentifikasi secara langsung, ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan sifat nirempati pada seseorang:

  1. Tidak peka terhadap perasaan orang lain

Ia cenderung mengabaikan emosi orang lain atau menanggapinya dengan komentar yang tidak sensitif.

  1. Kurang mendengarkan dengan tulus

Saat berbicara, lebih fokus pada dirinya sendiri dibanding memahami lawan bicara.

  1. Menyalahkan orang lain dengan mudah

Tanpa mencoba memahami alasan di balik tindakan seseorang, ia lebih cepat menghakimi atau mengkritik.

  1. Minim rasa bersalah

Ketika menyakiti perasaan orang lain, ia tidak merasa bersalah atau bahkan tidak menyadarinya.

  1. Sulit membangun hubungan emosional yang hangat

Baik dalam hubungan pertemanan, keluarga, maupun percintaan, seseorang yang nirempati sering tampak dingin dan tertutup secara emosional.

Penyebab Sifat Nirempati

Sifat nirempati bisa muncul dari berbagai faktor, baik psikologis maupun lingkungan. Beberapa di antaranya meliputi:

– Pola asuh di masa kecil. Anak yang tumbuh tanpa kasih sayang, validasi emosi, atau kehangatan sering kali sulit mengembangkan empati di masa dewasa.

– Pengalaman traumatis. Luka batin atau pengalaman buruk dapat membuat seseorang menutup diri dari perasaan orang lain sebagai bentuk perlindungan diri.

– Lingkungan kompetitif. Tekanan sosial dan budaya “harus menang” dapat membuat seseorang lebih fokus pada diri sendiri daripada memahami sesama.

– Gangguan kepribadian tertentu. Dalam konteks klinis, sifat ini dapat terkait dengan gangguan kepribadian antisosial atau narsistik, meski tidak selalu demikian.

Dampak Nirempati terhadap Kehidupan Sosial

Kehadiran sifat nirempati dalam hubungan sosial sering menciptakan jarak emosional. Di lingkungan kerja, orang yang nirempati mungkin tampak ambisius dan efektif, tetapi bisa menimbulkan konflik karena kurangnya rasa kemanusiaan terhadap rekan kerja. Dalam hubungan pribadi, sifat ini bisa membuat pasangan atau keluarga merasa tidak dipahami, bahkan terabaikan.

Lebih jauh, meningkatnya perilaku nirempati di masyarakat juga menjadi cermin dari menurunnya kepekaan sosial. Di era digital, misalnya, banyak orang lebih cepat mengomentari atau menghakimi tanpa mempertimbangkan perasaan pihak lain — bentuk nyata dari empati yang mulai pudar.

Cara Mengembangkan Empati

Kabar baiknya, empati bisa dilatih. Beberapa langkah sederhana untuk menumbuhkannya antara lain:

1. Belajar mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Beri perhatian penuh tanpa memotong pembicaraan.

2. Coba memahami sebelum menilai. Tanyakan alasan di balik tindakan seseorang sebelum memberi reaksi.

3. Latih kesadaran diri. Peka terhadap emosi diri sendiri membantu memahami emosi orang lain.

4. Konsumsi konten positif. Membaca kisah, menonton film, atau terlibat dalam kegiatan sosial dapat membantu membuka perspektif baru tentang kehidupan dan manusia.

Nirempati bukan sekadar sifat, tetapi juga refleksi dari ketidakseimbangan emosional dalam diri seseorang. Di tengah dunia yang semakin cepat dan penuh tekanan, menjaga empati berarti menjaga kemanusiaan kita. Dengan memahami apa itu nirempati dan berusaha menumbuhkan empati, kita bukan hanya menciptakan hubungan yang lebih hangat, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih berperasaan.*