Banyak Order Makanan Lewat Ojol, Komisi XIII DPR Nilai Aksi Akhir Agustus Itu Aneh
FORUM KEADILAN – Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI Fraksi Partai Gerindra Sugiat Santoso menilai, aksi unjuk rasa yang terjadi pada akhir Agustus lalu memiliki banyak kejanggalan. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah banyaknya pesanan makanan melalui aplikasi ojek online (ojol) yang diantarkan ke sekitar kompleks DPR RI saat demonstrasi berlangsung.
“Kemarin itu aneh dan saya pikir banyak sekali tanda tanya besar terkait dengan peristiwa itu. Kalau unjuk rasa biasa, kita sudah sangat paham. Tapi tiba-tiba ada konsolidasi, dan itu mungkin nanti silakan ditemukan faktanya, apakah itu bagian dari unjuk rasa,” katanya, dalam rapat kerja bersama enam lembaga Hak Asasi Manusia (HAM), di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 29/9/2025.
Ia mencontohkan kasus yang ramai diberitakan media, di mana seorang pengemudi ojol bernama Affan Kurniawan terlihat hanya mengantarkan makanan, bukan bagian dari aksi. Namun, di saat yang sama, banyak pengemudi ojol lainnya juga terlihat makan dan mengantar pesanan ke kawasan DPR.
Selain fenomena pesanan makanan massal, Sugiat juga menyoroti adanya peristiwa lain yang mencurigakan. Di beberapa daerah, menurutnya, terjadi aksi pembakaran gedung DPRD tanpa orasi atau penyampaian tuntutan terlebih dahulu. Ia menilai, pola seperti ini bukan hal baru dan pernah berulang sejak lama.
“Sebetulnya kita mengalami berkali-kali peristiwa seperti ini. Dari tahun 65 ada kepentingan politik lokal, nasional, sampai global yang bermain. Dan modusnya mirip, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain seperti Nepal,” ungkapnya.
Sugiat menegaskan perlunya pembentukan tim gabungan pencari fakta independen untuk mengungkap dalang dan motif di balik aksi tersebut. Ia juga meminta agar penegakan hukum dilakukan secara tuntas agar tidak terulang peristiwa serupa yang memakan korban jiwa.
“Kita harus tahu siapa dalangnya sehingga kita bisa menemukan faktanya dan menegakkan hukum. Jangan sampai ini lewat begitu saja seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya.” katanya.
Meski mengkritik aparat kepolisian atas keterlambatan antisipasi yang menimbulkan korban jiwa, Sugiat mengapresiasi adanya komitmen reformasi internal dari pihak kepolisian.
“Kita tidak menolerir ketidakprofesionalan, tapi kita juga mengapresiasi ketika mereka mengaku ingin melakukan pembenahan,” ujarnya.
Ia pun meyakini bahwa aksi tersebut bukan berasal dari gerakan masyarakat sipil murni, karena banyak tindak kriminal di dalamnya.
“Saya yakin dan percaya itu bukan dari gerakan civil society. Kita pernah berdemonstrasi, dan tidak terpikir sedikitpun untuk melakukan penjarahan atau pembakaran,” tutupnya.*
Laporan oleh: Novia Suhari
